Kasus Cuci Darah Anak-Anak yang Bikin Waswas: Orang Tua Cari Alternatif Jaga Kesehatan

Kasus Cuci Darah Anak-Anak yang Bikin Waswas: Orang Tua Cari Alternatif Jaga Kesehatan

Ketua Komunitas Cuci Dararh Indonesia (KPCDI) Surabaya Raya Haeresa Nurwitrumningasri. -Vincentius Andito/Harian Disway-

“Anggota kami ada sekitar 200 penyintas gagal ginjal. Paling muda itu usia 13 tahun dan paling tua 87 tahun. Memang saya lihat 3-5 tahun ke belakang, kasus gagal ginjal ini tren-nya negatif,” kata Haeresa.

Berdasar cerita anggota KPCDI, dia membenarkan bahwa gaya hidup yang tidak sehat menjadi faktor terjadi gagal ginjal. Seperti mengonsumsi makanan berpengawet, berwarna, hingga pemanis buatan.

“Awalnya penyintas itu mengalami diabetes dan hipertensi. Pola makannya buruk, tidak suka makan sayur, buah, tetapi makan makanan instan. Ditambah jarang minum air putih. Ini mengkhawatirkan kalau tetap dibiarkan,” tegas perempuan asal Sidoarjo itu.

Sedangkan ibu rumah tangga lain, Lailatul Nur Aini, juga memberikan respons senada. Dia mengaku terkejut dan prihatin saat mendengar kabar banyaknya anak-anak yang menjalani cuci darah.

BACA JUGA:Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia Belajar Soal Transplantasi Ginjal, Dokter Urologi: Jangan Takut Untuk Operasi

BACA JUGA:RS Vertikal Kemenkes, RSUP dr. Ben Mboi Kupang harus Bisa Bedah Jantung Terbuka hingga Operasi Ginjal

Terlebih setelah tahu bahwa salah satu faktornya adalah camilan manis yang kerap dikonsumsi anak-anak. Aini pun langsung mencari alternatifnya.

"Sekarang lebih ke bagaimana cara mengontrol jajannya anak agar lebih sehat. Misal dengan membawakan bekal sekolah," ujar warga Sidoarjo itu kepada Harian Disway, Selasa, 6 Agustus 2024.


Pemberian bubuk rasa pada jajanan papeda di Basra.-Vincentius Andito/Harian Disway-

Menurut Aini, terlepas dari apapun caranya, orang tua wajib memberikan pengertian kepada anak-anak. Sebab, orang tua tidak bisa mengontrol aktivitas anak dalam 24 jam.

"Apalagi saat anak di sekolah. Saya berharap pihak sekolah bisa bekerja sama dengan orang tua untuk mengontrol makanan yang ada di kantin. Dalam arti mengawasi," imbuh ibu dua anak tersebut. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: