Penurunan Polusi Udara di Asia Selatan Berkontribusi pada Penurunan Polusi Global

Penurunan Polusi Udara di Asia Selatan Berkontribusi pada Penurunan Polusi Global

Tembok Besar Jinshanling terlihat di bawah polusi badai pasir di Chengde, Tiongkok, pada 22 Juni 2024.--getty images

HARIAN DISWAY - Pada 2022, terjadi peningkatan kualitas udara yang mengejutkan di Asia Selatan. Peningkatan ini turut mendorong penurunan polusi global. Penurunan ini mungkin disebabkan oleh cuaca yang baik.

Itu menurut laporan terbaru yang dirilis pada Rabu, 28 Agustus 2024. Meskipun demikian, wilayah Asia Selatan masih menghirup udara paling tercemar di dunia, yang berdampak pada harapan hidup penduduknya.

Menurut Indeks Kualitas Udara dan Kehidupan (AQLI) tahunan, rata-rata penduduk di wilayah Asia Selatan ini kehilangan lebih dari 3,5 tahun harapan hidup akibat polusi udara yang tercemar itu.

BACA JUGA:Polusi Semakin Pekat, Malaysia Surati Indonesia Soal Asap Lintas Batas

Secara global, sebagian besar negara tidak memiliki standar polusi udara yang memadai atau gagal memenuhi standar yang ditetapkan. Akibatnya, banyak warga yang terpapar kualitas udara buruk yang bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

Selama dua dekade terakhir, polusi udara di Asia Selatan terus meningkat setiap tahun. Namun, data satelit pada 2022 -data terbaru yang tersedia- menunjukkan penurunan yang signifikan sebesar 18 persen.

Penurunan polusi ini terjadi di hampir semua negara di kawasan tersebut. Kecuali Sri Lanka, seperti yang dilaporkan oleh Energy Policy Institute (EPIC) di Universitas Chicago. Laporan ini juga menyatakan fakta lain.

BACA JUGA: Waduh, Polusi Udara Ternyata Bisa Memperpendek Usia: Studi Kasus India 

Bahwa meskipun sulit untuk menentukan penyebab pasti penurunan kadar PM2.5 di seluruh Asia Selatan, kemungkinan besar kondisi meteorologi yang menguntungkan berperan dalam hal ini.

Partikel PM2.5 adalah partikel kecil yang bisa masuk jauh ke dalam tubuh dan berbahaya bagi kesehatan. Penurunan polusi udara yang meluas di Asia Selatan, bersama dengan curah hujan yang di atas rata-rata di seluruh kawasan pada 2022.

Hal tersebut mendukung teori bahwa kondisi cuaca yang baik adalah salah satu penyebab utama. Namun, laporan tersebut menambahkan bahwa hanya waktu yang akan membuktikan apakah perubahan kebijakan juga berperan dalam penurunan ini.

BACA JUGA: Tekan Polusi, Delegasi KTT ASEAN Akan Naik MRT dan Kendaraan Listrik 

Itu seperti yang dilansir dari berita Agence French Presse. Meskipun ada penurunan signifikan, diperingatkan bahwa orang-orang di Asia Selatan masih menghirup udara yang delapan kali lebih tercemar daripada yang dianggap aman oleh WHO. 

Laporan tersebut menekankan pentingnya pengamatan berkelanjutan, upaya penegakan kebijakan, dan pemantauan dampak dari intervensi kebijakan. Untuk memahami dan mempertahankan pengurangan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: agence france-presse