Cerita Diaspora oleh I.G.A.K. Satrya Wibawa (9): Paris Rumah Kedua

Sekeluarga dolan ke London yang berjarak sejam dari Paris. Tampak Jembatan London. --I.G.A.K Satrya Wibawa
Istri saya, sebagai jantung keluarga, juga berusaha keras menciptakan suasana rumah yang nyaman dan aman di tengah segala ketidakpastian ini. Ia rajin mengikuti kelas bahasa Prancis, sekaligus membangun jejaring dengan komunitas internasional dan lokal di Paris. Dalam beberapa bulan saja, ia berhasil menciptakan lingkaran sosial yang mendukung, sekaligus membantu keluarga kami perlahan merasa menjadi bagian dari kota ini.
Kanan atas kiri: Berpakaian daerah mengikuti event budaya untuk warga lokal Paris. --I.G.A.K Satrya Wibawa
Istri dan putri sulung saya aktif dalam kegiatan kebudayaan pada komunitas diaspora di Paris. Mereka melanjutkan apa yang sudah mereka rintis sejak dari Perth. Istri saya memang penari. Sejak kecil hidupnya dijalani dengan aktivitas menari. Saya tentu saja menjadi penonton profesional. Kalau semua bisa menari, lalu siapa yang menonton? Dalam argumen saya, tidak akan ada penari kalau tidak ada penonton, lalu penonton bukanlah penonton jika tidak ada penari. Saling melengkapi. Romantis bukan?
BACA JUGA:Cerita Diaspora oleh Mohammad Rozi (5): Melihat Islam di Perry Barr
Menjalani kehidupan baru di Paris ternyata bukan sekadar cerita indah yang terpampang di kartu pos. Ini adalah perjalanan penuh tantangan dan penyesuaian, tapi juga penuh dengan kehangatan dan momen berharga yang tak pernah kami bayangkan sebelumnya.
Sekarang mereka bertiga sering bercakap-cakap dengan menyelipkan kata-kata Prancis, sementara saya cukup puas dengan 'Bonjour' dan 'Merci', setiap hari menjadi pelajaran baru tentang arti keluarga dan kebersamaan di tengah perubahan besar.
Kini, ketika kami mulai merasa Paris adalah rumah kedua, saya menyadari bahwa adaptasi bukanlah tentang menghapus siapa kami sebelumnya, melainkan tentang bagaimana kami tumbuh dan berkembang, membawa kisah lama kami dari Singapura, dan menciptakan babak baru yang penuh arti di kota cahaya ini. (*)
*) Duta Besar/Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, Staf Pengajar Departemen Komunikasi FISIP Universitas Airlangga
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: i.g.a.k satrya wibawa