Distraksi Digital (1): Gangguan yang Kian Mengkhawatirkan
ILUSTRASI Distraksi Digital (1): Gangguan yang Kian Mengkhawatirkan.-Arya-Harian Disway-
Kondisi itu menciptakan lingkaran setan sehingga fokus dan produktivitas makin sulit dicapai, sementara stres kian meningkat.
Selain memperpendek rentang perhatian, era digital membawa tren mengkhawatirkan berupa keterlibatan yang dangkal (surface-level engagement).
Melimpahnya informasi justru menyulitkan proses berpikir yang mendalam. Pengguna digital, termasuk anak-anak dan remaja, lebih memilih menelusuri sekilas artikel atau video populer daripada menyelami informasi secara kritis.
Kebiasaan itu menghambat kemampuan menganalisis informasi atau mempertimbangkan validitasnya. Pada saat yang sama, banjir informasi digital juga menegaskan fenomena post-truth. Yakni, opini sering kali dibentuk hanya berdasar judul berita dan misinformasi menyebar lebih cepat daripada kemampuan akal sehat untuk memprosesnya.
DAMPAK EMOSIONAL DAN KESEHATAN MENTAL
Dampak emosional dari kejenuhan digital itu juga sering luput dari perhatian. Ketika layar menggantikan interaksi tatap muka, anak-anak kehilangan kesempatan mengembangkan empati dan kecerdasan emosional –kemampuan yang paling efektif dipelajari melalui pengalaman langsung.
Taman bermain pernah ramai dengan suara tawa anak-anak. Kini tempat itu makin sepi karena mereka lebih sering menyendiri dengan layar.
Hilangnya interaksi itu menimbulkan efek domino. Anak-anak yang kesulitan untuk memahami emosi orang lain akan kesulitan untuk bekerja sama atau berdiskusi secara mendalam.
Di sisi lain, stres akibat tekanan dunia digital berdampak buruk pada fungsi kognitif seperti memori, penalaran, dan pengambilan keputusan.
Namun, harapan tetap harus dinyalakan. Kesadaran bersama mengenai betapa luasnya pengaruh distraksi digital adalah langkah awal menuju perubahan.
Orang tua dapat mencontohkan kebiasaan digital yang sehat. Misalnya, menyingkirkan layar saat makan bersama. Sekolah dapat mengintegrasikan literasi media dalam kurikulum untuk membantu anak-anak memahami lanskap digital secara kritis.
Di tempat kerja, perusahaan dapat menciptakan budaya yang mendorong fokus mendalam ketimbang multitasking.
Melakukannya pasti tidak semudah menuliskannya. Sebab, masalah itu hanyalah salah satu puncak gunung es di dunia digital.
Endapan masalah yang ada di bawah puncak itu mensyaratkan komitmen yang rigid, stamina yang tahan banting, dan waktu yang tidak singkat. Sebuah rakaat panjang, meminjam istilah Emha Ainun Nadjib.
Pendar cahaya dari layar gawai masih akan mendominasi siang dan malam kita, tetapi jalan ke depan adalah mengarahkan kembali perhatian kepada sesama –melalui interaksi bermakna dan keterlibatan mendalam yang membangun masyarakat guyub dan reflektif. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: