Pakar Dukung Serangga Jadi Alternatif Protein Untuk MBG: Sudah Diakui Dunia

Serangga menjadi opsi protein Makan Bergizi Gratis membuat sejumlah pakar angkat bicara.--Unsplash
HARIAN DISWAY - Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, mendukung usulan untuk memasukkan serangga sebagai bagian dari menu Makan Bergizi Gratis (MBG).
Ia mengatakan serangga telah lama diakui oleh dunia sebagai sumber protein alternatif.
“Memasukkan serangga ke dalam menu MBG sebenarnya ide yang menarik dan inovatif, karena memang serangga sudah diakui dunia sebagai sumber protein alternatif yang kaya nutrisi termasuk asam amino esensial, zat besi dan omega 3,” Jelasnya saat diwawancarai pada Senin, 27 Januari 2025.
Pengaplikasian serangga sebagai menu kaya protein tak hanya berlaku di negara berkembang saja seperti Indonesia, namun juga negara maju, contohnya seperti negara-negara yang berada di Eropa.
BACA JUGA:Menggali Kembali Makanan Berbahan Serangga dengan Entomofagi sebagai Makanan Masa Depan
BACA JUGA:MUI Buka Suara Terkait Serangga Masuk Opsi Menu MBG
Asam amino, zat besi, dan omega-3 dalam serangga berperan vital dalam tubuh, antara lain:
- Asam amino esensial dalam serangga tidak dapat diproduksi tubuh dan harus didapatkan melalui makanan, berperan dalam pembentukan protein serta mendukung fungsi tubuh seperti sistem kekebalan dan pemulihan sel.
- Zat besi diperlukan untuk membantu produksi hemoglobin dalam darah, yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia.
- Omega-3 adalah jenis lemak sehat yang penting untuk fungsi otak, jantung, dan peradangan.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana membuka opsi berbagai macam lauk sebagai sumber protein, termasuk serangga.-Freepik-
Namun Dicky sadar bahwa memang penerimaan sosial budaya merupakan hambatan terbesarnya. Sehingga, para orang tua, masyarakat, dan siswa perlu diedukasi dan diberi literasi yang intensif sebelum pemberlakuan ini.
“Perlu ada edukasi dan literasi yang intensif untuk menghilangkan stigma atau rasa jijik terhadap serangga,” tambahnya.
Dicky juga menyarankan jika memang Serangga akan dimasukkan sebagai menu MBG, serangga yang digunakan haruslah melalui proses budidaya yang higienis untuk menghindari terjadinya kontaminasi dan risiko kesehatan lain.
Keamanan pangan haruslah tetap menjadi fokus utama dari semua menu yang disediakan dalam program MBG ini.
“Serangga yang digunakan juga harus melalui proses budidaya yang higienis dan diawasi dalam konteks keamanan pangan untuk memastikan tidak ada kontaminasi atau resiko kesehatan,” jelasnya.
Selain aspek keamanan pangan, keberlanjutan juga perlu dipertimbangkan demi kelestarian lingkungan dan ekosistem. Budidaya serangga harus dilakukan tanpa mengganggu ekosistem lokal dan agar tidak menimbulkan ketidakseimbangan di masa depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: