DeepSeek vs ChatGPT: Mengendus Peluang Ekonomi
ILUSTRASI DeepSeek vs ChatGPT: Mengendus Peluang Ekonomi.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Kedua, mengutip majalah American Science, salah satu keunggulan besar DeepSeek-V3 adalah kemampuannya dalam menyelesaikan kalkulasi matematika tingkat tinggi.
Model itu mencatatkan skor yang mengesankan di berbagai ujian matematika internasional seperti AIME 2024, MATH-500, dan CNMO 2024, dengan nilai masing-masing mencapai 39,2; 90,2; dan 43,2 poin.
Ketiga, berdasar uji benchmark yang dilakukan, DeepSeek-V3 berhasil meraih skor yang lebih tinggi daripada model-model AI terkenal lainnya, seperti Llama 3.1; Claude 3.5; dan GPT-4o. Skor 91,6 pada DROP dan 3-shot F1 menunjukkan bahwa DeepSeek-V3 unggul dalam hal pemahaman konteks yang lebih mendalam.
Dengan demikian, kebijakan embargo AS di sektor teknologi tinggi relatif tidak signifikan terhadap perkembangan industri hi-tech Tiongkok.
PELUANG ATAU TANTANGAN?
Tak hanya lebih murah, DeepSeek juga memanfaatkan data besar dan kemampuan multibahasa. Itu menjadikannya relevan untuk pasar internasional, termasuk Indonesia yang memiliki keragaman linguistik tinggi.
Bagi negara berkembang seperti Indonesia, pertanyaannya bukan lagi apakah AI itu akan masuk, melainkan seberapa siap Indonesia menghadapi revolusi tersebut.
Dengan potensi digital yang besar, Indonesia memiliki peluang untuk memanfaatkan teknologi AI guna mendorong pertumbuhan ekonomi.
DeepSeek menawarkan solusi AI yang lebih terjangkau dan mudah diakses, terutama bagi pasar negara berkembang seperti Indonesia. Teknologi itu dapat digunakan dalam berbagai sektor, mulai pendidikan hingga kesehatan.
Dengan kemampuan multibahasa yang mumpuni dan sangat akomodatif, DeepSeek berpotensi menjelma sebagai alat yang efektif dalam meningkatkan akses pembelajaran bagi masyarakat di daerah terpencil.
Selain itu, integrasi DeepSeek dengan ekosistem digital Tiongkok, seperti WeChat, Alibaba, dan Baidu, membuka peluang bagi pengguna Indonesia untuk mengakses layanan AI dengan lebih mudah dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan alternatif teknologi AI yang lebih murah, Indonesia dapat mengadopsi kecerdasan buatan tanpa harus mengeluarkan biaya besar.
Berdasar data e-Conomy SEA 2020 yang dirilis Google, Temasek, dan Bain & Company, dipaparkan bahwa ekonomi digital di Indonesia pada 2020 tumbuh 11 persen jika dibandingkan dengan 2019.
Dengan pertumbuhan yang tinggi tersebut, ekonomi digital memberikan kontribusi pada perekonomian sebesar USD 44 miliar atau sekitar Rp 619 triliun.
Google juga memprediksi ekonomi digital Indonesia akan memberikan kontribusi pada perekonomian sebesar USD 124 miliar pada 2025 sekarang ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: