Memahami Hoarding Disorder dan Cara Mengatasinya

Memahami Hoarding Disorder dan Cara Mengatasinya

Kondisi rumah yang penuh barang dapat menciptakan lingkungan tidak sehat dan menambah stres bagi penderitanya. Hoarding disorder bukan sekadar ketidakteraturan, melainkan tantangan psikologis -okayswag-Pinterest

Gangguan obsesif-kompulsif (Obsessive-Compulsive Disorder/OCD) juga sering dikaitkan dengan gangguan penimbunan. Mengingat keduanya melibatkan kesulitan dalam mengendalikan pikiran dan tindakan tertentu.

Hidup dengan barang-barang yang terus menumpuk bukanlah sesuatu yang sepele. Dari sisi kesehatan fisik, lingkungan yang terlalu penuh dapat menjadi tempat berkembangnya debu, jamur, dan hama, yang meningkatkan risiko penyakit pernapasan serta infeksi.

Selain itu, ruang yang semakin sempit juga dapat meningkatkan risiko kecelakaan. Seperti terjebak di antara barang-barang yang berantakan.

BACA JUGA: Seni sebagai Terapi, Ekspresi Diri untuk Kesehatan Mental

Dampak psikologisnya pun tak kalah serius. Rasa malu dan takut akan penilaian orang lain membuat penderita hoarding disorder cenderung menarik diri dari lingkungan sosial.

Hubungan dengan keluarga dan teman pun sering kali terganggu karena kebiasaan itu. Tak jarang, konflik muncul karena anggota keluarga merasa frustrasi dengan kondisi rumah yang semakin tidak layak untuk dihuni.

Dari sisi ekonomi, kebiasaan menimbun barang juga dapat mengakibatkan pengeluaran yang tidak terkendali. Penderita mungkin terus membeli barang baru tanpa mempertimbangkan kebutuhan atau ruang penyimpanan yang tersedia.

BACA JUGA: nSinopsis Pulau Hantu, Film Horor yang Angkat Isu Kesehatan Mental

Dalam kasus yang lebih ekstrem, mereka bahkan bisa kehilangan tempat tinggal. Akibat kondisi yang tidak lagi memungkinkan.

Mengatasi hoarding disorder bukanlah hal yang mudah. Namun, bukan berarti mustahil. Langkah pertama adalah menyadari bahwa kebiasaan itu bukan sekadar masalah ketidakteraturan. Melainkan bagian dari gangguan psikologis yang memerlukan penanganan serius.


Dukungan dari keluarga dan teman sangat penting dalam proses pemulihan. Bersama-sama, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih nyaman dan sehat bagi mereka yang berjuang melawan hoarding disorder -masyawi-Pinterest

Bantuan dari tenaga profesional, seperti psikolog atau psikiater, dapat membantu penderita memahami akar permasalahan dan mengembangkan strategi untuk mengubah kebiasaan mereka.

BACA JUGA: Sinopsis Film Bolehkah Sekali Saja Kumenangis, Angkat Isu Kesehatan Mental dan KDRT

Terapi kognitif-perilaku (Cognitive Behavioral Therapy/CBT) merupakan salah satu metode yang efektif dalam menangani hoarding disorder.

Melalui terapi itu, penderita diajak untuk mengenali pola pikir yang mendasari kebiasaan mereka. Dan secara perlahan mengubah cara mereka berinteraksi dengan barang-barang yang dimiliki.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: