Memahami Hoarding Disorder dan Cara Mengatasinya

Memahami Hoarding Disorder dan Cara Mengatasinya

Kondisi rumah yang penuh barang dapat menciptakan lingkungan tidak sehat dan menambah stres bagi penderitanya. Hoarding disorder bukan sekadar ketidakteraturan, melainkan tantangan psikologis -okayswag-Pinterest

HARIAN DISWAY - Dibalik berbagai rumah yang tampak biasa saja, ada sebagian orang yang hidup dengan ruangan berantakan. Dipenuhi barang-barang yang terus menumpuk.

Fenomena itu bukan sekadar kebiasaan menyimpan benda. Melainkan sebuah kondisi psikologis yang dikenal sebagai hoarding disorder. Tanpa disadari, gangguan itu dapat berdampak besar, baik bagi penderitanya maupun orang-orang di sekitarnya.

Sebagian besar orang memiliki kecenderungan untuk menyimpan barang dengan alasan sentimental atau kepraktisan. Namun, bagi penderita hoarding disorder, kebiasaan itu berkembang menjadi sesuatu yang sulit dikendalikan.

BACA JUGA: 6 Manfaat Terapi Es yang Cocok Diterapkan oleh Penderita Kecemasan Berlebih hingga Depresi

Mereka merasa kesulitan membuang barang. Bahkan untuk benda-benda yang secara tujuan tidak lagi berguna. Akibatnya, ruang di dalam rumah menjadi semakin sesak. Menciptakan lingkungan yang tidak sehat dan mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari.

Kondisi itu sering kali dimulai secara perlahan. Pada awalnya, seseorang mungkin hanya merasa sayang membuang barang. Karena merasa suatu saat akan menangis karena telah membuang barang itu.

Namun, seiring berjalannya waktu, kebiasaan itu berkembang menjadi sebuah emosi yang kuat terhadap benda-benda tersebut.

Bahkan upaya membersihkan atau menyingkirkan barang bisa menimbulkan kecemasan dan tekanan emosional yang besar. Tidak ada satu penyebab tunggal yang menjelaskan mengapa seseorang mengalami hoarding disorder.


Terapi kognitif-perilaku (CBT) menawarkan harapan bagi penderita hoarding disorder. Melalui pendekatan ini, individu belajar mengenali dan mengubah pola pikir yang mendasari kebiasaan mereka -shizum1-Pinterest

BACA JUGA: Pemerintah Segera Luncurkan Skrining Kesehatan Mental Gratis Februari Ini

Para ahli kesehatan mental berpendapat bahwa gangguan itu bisa dipicu oleh berbagai faktor. Seperti trauma emosional, gangguan kecemasan, atau faktor genetik. 

Pengalaman kehilangan yang mendalam, seperti kematian orang terkasih atau peristiwa traumatis lainnya, sering menjadi pemicu seseorang mulai mengumpulkan barang sebagai bentuk perlindungan emosional.

Selain itu, faktor lingkungan juga berperan dalam perkembangan gangguan itu. Jika seseorang tumbuh dalam keluarga yang memiliki kecenderungan menimbun barang atau mengalami kondisi hidup yang penuh, kemungkinan besar ia akan mengembangkan pola perilaku serupa.

BACA JUGA: Silent Walking, Terapi Kesehatan Mental Tanpa Aktivitas Digital

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: