Otak Tumpul di Era Digital

Otak Tumpul di Era Digital

ILUSTRASI Otak Tumpul di Era Digital. Otak bisa tumpul karena terjadi pembusukan otak alias brain rot.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Menyadari fenomena brain rot sebagai bagian dari budaya digital adalah langkah pertama dalam mengatasinya. Kita tidak perlu sepenuhnya menjauh dari dunia digital, tetapi perlu menjaga keseimbangan agar tidak terjebak dalam efek negatifnya. 

Beberapa strategi sederhana yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut. 

Pertama, meningkatkan interaksi sosial nyata, bertemu teman, berdiskusi, dan menghabiskan waktu dengan keluarga dapat membantu menjaga keseimbangan antara dunia maya dan dunia nyata. 

Kedua, diversifikasi minat. Jangan hanya fokus pada satu jenis konten. Cobalah membaca buku, mengikuti kelas, atau mengeksplorasi hobi di luar budaya digital. 

Ketiga, mengatur waktu penggunaan gawai. Tetapkan batas waktu yang jelas untuk mengakses media sosial atau menikmati hiburan digital. Misalnya, batasi waktu menonton serial atau bermain game maksimal dua jam per hari. 

Keempat, mengenali pengaruh algoritma. Sadarilah bahwa apa yang kita lihat di media sosial sering kali merupakan hasil algoritma yang dirancang untuk mempertahankan perhatian kita. Jangan biarkan algoritma mengendalikan pikiran dan kebiasaan kita.

Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi), juga berencana membuat aturan batas usia minimum anak-anak untuk mengakses media sosial. 

Australia sudah mengesahkan undang-undang yang melarang anak di bawah usia 16 tahun menggunakan platform media sosial seperti TikTok, Instagram, Snapchat, dan Facebook.

Fenomena brain rot mencerminkan bagaimana budaya populer dan teknologi membentuk perilaku kita di era digital. Menikmati kemajuan teknologi adalah hal yang wajar, tetapi kita harus tetap mampu mengontrol penggunaannya agar tidak berdampak negatif pada kognisi dan kesehatan mental. 

Dengan kesadaran dan pengelolaan yang tepat, kita tetap bisa menjadi bagian dari tren digital tanpa kehilangan kendali diri dan tetap menjaga ketajaman berpikir. 

Negara juga harus hadir sebagai regulator. Jangan biarkan otak kita menjadi tumpul di era digital! (*)

*) Asra Al Fauzi adalah guru besar ilmu bedah saraf, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: