6 Fakta Seru Film Pengepungan di Bukit Duri, Joko Anwar Collabs dengan Studio James Bond!

6 Fakta Seru Film Pengepungan di Bukit Duri, Joko Anwar Collabs dengan Studio James Bond!

6 fakta seru film Pengepungan di Bukit Duri, Joko Anwar Collabs dengan studio James Bond! -Come and See Pictures-

Film yang skenarionya ditulis sendiri oleh Joko Anwar itu menggambarkan perjuangan seorang guru di tengah gejolak sosial yang memuncak. Serta tantangan yang dihadapi dalam lingkungan pendidikan yang penuh kekerasan dan diskriminasi.

Ia menunjukkan bagaimana kedua isu itu tidak hanya mempengaruhi individu. Tetapi juga dapat merusak tatanan sosial secara keseluruhan.

Dalam konteks film, kekerasan dan diskriminasi digambarkan sebagai masalah yang saling terkait, menciptakan lingkungan yang penuh ketegangan dan konflik.

BACA JUGA:Ambil Lagu Karya Opick untuk Siksa Kubur, Joko Anwar Ingin Pesan Filmnya Sampai

BACA JUGA:Digadang Tayang pada Saat yang Paling Sempurna, Ada 6 Fakta tentang Film Siksa Kubur Karya Joko Anwar

2. Pembuatan Naskah Selama 17 Tahun


6 fakta seru film Pengepungan di Bukit Duri, Joko Anwar Collabs dengan studio James Bond! Foto: Salah satu adegan film dengan skenario tajam.-Come and See Pictures-

Joko Anwar menghabiskan waktu yang sangat panjang, yakni 17 tahun, untuk menyelesaikan naskah Pengepungan di Bukit Duri.

Proses penulisan naskah sudah dimulai pada 2007. Dan selama bertahun-tahun, ia terus melakukan penajaman dan pengembangan cerita, agar dapat menyampaikan pesan yang mendalam dan relevan dengan kondisi sosial masyarakat saat ini.

Selama periode tersebut, Joko Anwar merasa bahwa ia perlu waktu yang cukup lama untuk mencapai tingkat kedewasaan dan kematangan sebagai seorang sineas.

Ia percaya, untuk dapat menggarap tema yang kompleks dan sensitif, dibutuhkan pemahaman yang mendalam serta perspektif yang matang.

BACA JUGA:Serem! Joko Anwar Bagikan Judul Episode dan Bintang Nightmares and Daydreams

BACA JUGA:5 Fakta tentang Serial Joko Anwar Nightmares and Daydreams, Genre Bikin Penasaran

"Kalau film ini dibuat sebelum saya merasa cukup dewasa, hasilnya mungkin tidak akan mampu menyampaikan pesan yang ingin saya sampaikan dengan efektif," jelas Joko.

Dengan kata lain, proses panjang ini bukan hanya tentang menulis naskah, tetapi juga tentang pertumbuhan pribadi dan profesional yang dialaminya selama bertahun-tahun.

"Selama 17 tahun itu, saya dan timnya melakukan berbagai pembaruan pada naskah untuk memastikan bahwa cerita tetap relevan dengan perkembangan sosial yang terjadi," lanjut sutradara Gundala (2016) tersebut.

3. Setting Indonesia di Masa Depan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber