UMKM Tangguh, Pilar Kemandirian Ekonomi Alternatif di Era Perang Tarif

UMKM Tangguh, Pilar Kemandirian Ekonomi Alternatif di Era Perang Tarif

ILUSTRASI UMKM Tangguh, Pilar Kemandirian Ekonomi Alternatif di Era Perang Tarif.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

KETIKA sebuah negara mampu memenuhi kebutuhan pangannya sendiri, ia tidak hanya sedang memberi makan rakyatnya, tetapi juga sedang membangun kekuatan ekonomi di kancah persaingan memperebutkan sumber daya alam (SDA) yang kian terbatas (scarce). Kemandirian ekonomi merupakan output nyata dari penguatan kedaulatan nasional

Momentum kebangkitan Indonesia perlu dinyalakan kembali dengan memprioritaskan produk dalam negeri, memperkuat UMKM sebagai benteng ekonomi, dan membangun daya tahan nasional dalam dinamika geopolitik global.

Dalam pusaran geopolitik yang makin kompleks, negara-negara mulai menarik diri dari pasar global untuk memprioritaskan kebutuhan dalam negerinya. Dalam situasi seperti ini, Indonesia tidak bisa terus berharap pada pasokan luar negeri. 

BACA JUGA:UMKM Jatim yang Kuat Dapat Mendukung Gerbang Nusantara Baru

BACA JUGA:Penguatan UMKM, Mencegah Inflasi

Upaya memutus mata rantai ketergantungan pada bantuan asing menjadi prioritas utama di era dunia yang kian terfragmentasi ke dalam kaukus-kaukus ekonomi. 

Saat Amerika Serikat (AS) mengobarkan slogan ”America First”, Donald Trump sangat menginginkan AS kembali menjadi kekuatan ekonomi yang berfokus pada kebijakan ekonomi domestik yang cenderung proteksionis dan nasionalis, mengurangi ketergantungan AS pada impor dan memajukan industri manufaktur dalam negeri. 

Konsekuensinya, hal itu membawa dampak signifikan pada berbagai aspek, termasuk hubungan luar negeri, kebijakan ekonomi dan perdagangan, serta pola interaksi dengan sekutu maupun lawan.

BACA JUGA:Kenaikan UMP 6,5 Persen, Relevankah bagi UMKM?

BACA JUGA:Sustainable Financing Sektor UMKM, Peluang atau Tantangan?

Berangkat dari situasi pusaran geoekonomi dan geopolitik yang cepat berubah, Indonesia juga harus mulai berani berstrategi menciptakan ”Indonesia First” untuk mengedepankan kepentingan nasional. 

Indonesia memiliki segalanya yang menjadi demand dunia. Mulai sumber kekayaan tambang mineral, sumber kekayaan alam hutan, hingga kekayaan hayati dan nabati perairan (laut) yang menyimpan nilai triliunan yang belum dieksplorasi secara optimal. Itu menjadi modal untuk membangun kemandirian bangsa melalui swasembada pangan dan energi.

KEKUATAN EKONOMI DOMESTIK 

Pada 2024, produk domestik bruto (PDB) Indonesia mencapai Rp 22.139 triliun, meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 20.892 triliun. Lebih jauh, PDB per kapita Indonesia saat ini telah mencapai Rp 78,62 juta atau setara dengan USD 4.960,33. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: