UMKM Tangguh, Pilar Kemandirian Ekonomi Alternatif di Era Perang Tarif

ILUSTRASI UMKM Tangguh, Pilar Kemandirian Ekonomi Alternatif di Era Perang Tarif.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
BACA JUGA:Merintis UMKM sebagai Oligarki Ekonomi Baru
BACA JUGA:Program Makan Siang Gratis dan Pemberdayaan UMKM
Indikator sektor riil yang lain juga menunjukkan tangguhnya ketahanan ekonomi dan optimisme publik tecermin dari purchasing manager index (PMI) sektor manufaktur yang telah kembali ke level ekspansif (Januari 2025 sebesar 51,9), indeks keyakinan konsumen (IKK) terus menunjukkan dinamika optimistis dan berada di level 121,1, serta indeks penjualan riil (IPR) masih tumbuh positif (Kemenko Perekonomian, Februari 2025).
Dari sisi pengeluaran, semua komponen mencatat pertumbuhan positif. Pendorong utama masih konsumsi rumah tangga dengan pertumbuhan 4,94 persen di 2024, berkontribusi sebesar 54 persen terhadap ekonomi Indonesia.
Pertumbuhan konsumsi pemerintah juga sangat dinamis seiring dengan peningkatan realisasi APBN pada belanja pegawai dan belanja barang dan jasa. Dari sisi lapangan usaha, seluruh sektor utama masih mencatat pertumbuhan positif, dengan lima sektor terbesar.
BACA JUGA:UMKM di Hilirisasi Kelapa Sawit
BACA JUGA:Sulitnya UMKM Tembus Pasar Ekspor: Salah Resep Dapur atau Salah Toko?
Yakni, industri pengolahan, perdagangan, pertanian, konstruksi, dan pertambangan. Kelimanya mampu memberikan kontribusi 63,9 persen terhadap pertumbuhan PDB pada 2024.
Dengan tingkat inflasi tercatat 1,57 persen (yoy), masih dalam rentang sasaran 1 persen hingga 2,5 persen. Realisasi inflasi Januari 2025 sebesar 0,76 persen, didukung diskon gebrakan pemerintah, yakni diskon tarif listrik 50 persen, dan penurunan harga tiket pesawat pada akhir 2024. Hal tersebut telah memantik geliat roda perekonomian di tengah lemahnya daya beli masyarakat.
Di saat perlambatan ekonomi global yang kian menekan penerimaan negara, UMKM masih relatif tangguh memberikan kontribusi yang amat signifikan. Menkeu Sri Mulyani pada acara seminar microfinance outlook dengan para bankir Maret 2024 yang lalu menegaskan bahwa kontribusi sektor UMKM terhadap produk domestik bruto begitu sangat besar.
BACA JUGA:Memacu UMKM Go International: Kolaborasi Mahasiswa dengan Kantor Bea Cukai Gresik
BACA JUGA:Pemberdayaan UMKM dan Perlindungan Konsumen
Dengan persentase sebesar 61 persen yang bernilai Rp 8.574 triliun setiap tahun, UMKM Indonesia jauh melampaui jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya (Annual ASEAN investment Report 2022).
Angka serapan UMKM terhadap tenaga kerja juga cukup tinggi. Adapun daya serap tenaga kerja UMKM itu sekitar 117 juta pekerja (97 persen), lebih tinggi daripada beberapa negara Asia lainnya seperti Thailand (85,5 persen), Korea Selatan (83,1 persen), Singapura (71,4 persen), Pakistan (70 persen), Jepang (70 persen), dan Malaysia (66,2 persen).
Meski sempat goyah didera pandemi Covid-19, sekitar 60 juta pelaku sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tetap bergerak dan survive. Bahkan, mampu menyumbang pertumbuhan ekonomi melebihi sektor-sektor lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: