Warga Gaza Berjuang Hidup di Tengah Penaklukan Israel dan Krisis Pangan yang Memprihatinkan

Warga Gaza Berjuang Hidup di Tengah Penaklukan Israel dan Krisis Pangan yang Memprihatinkan

Seorang anak Palestina menunggu jatah makanan yang dibagikan oleh dapur amal di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza Tengah pada 5 Mei 2025. Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza semakin memburuk sejak Israel memblokir semua bantuan. --Eyad BABA / AFP

Sementara itu, warga Gaza lainnya, Mohammed al-Shawa, menilai bahwa pengumuman Israel tentang perluasan operasi militer tidak membawa perubahan nyata karena menurutnya seluruh wilayah Gaza sudah berada dalam penguasaan militer. 

Ia juga mengatakan bahwa tidak ada tempat aman di Gaza dan menilai rencana distribusi bantuan hanyalah cara Israel untuk mengalihkan perhatian dunia.

BACA JUGA:Lebih dari Seribu Orang Korban Tewas Sejak Israel Perbarui Serangan ke Wilayah Gaza

Berdasarkan data dari Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA), sekitar 69 persen wilayah Gaza kini berada dalam zona penyangga Israel atau berada di bawah perintah evakuasi. 

Di wilayah Rafah, angka itu mencapai 100 persen. Rafah yang sebelumnya dihuni lebih dari 230.000 warga kini telah sepenuhnya menjadi zona terlarang.


Seorang anak perempuan membawa wadah air dari titik distribusi di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza Tengah pada 5 Mei 2025. Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza memburuk sejak Israel memblokir seluruh bantuan yang masuk.--Eyad BABA / AFP

Israel mengklaim bahwa blokade dan serangan yang terus berlangsung bertujuan menekan Hamas agar melepaskan para sandera. 

BACA JUGA:Israel Mulai Kembali Serangan Darat ke Gaza, Peringatkan Hamas untuk Segera Bebaskan Sandera

Namun, di sisi lain, para pejabat Israel seperti Menteri Keuangan Bezalel Smotrich justru mendorong rencana pemindahan penduduk Gaza ke negara lain seperti yang pernah diajukan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. 

Kondisi ini menunjukkan bahwa warga sipil di Gaza kini terjebak dalam situasi yang semakin genting. Di satu sisi menghadapi ancaman militer, di sisi lain menghadapi kelaparan, krisis medis, dan ketidakpastian masa depan.(*)

*) Mahasiswa magang dari prodi Sastra Inggris, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: