Perang Tarif Mereda, AS dan Tiongkok Capai Kesepakatan Dagang Baru

Bendera Tiongkok dan AS berkibar di luar sebuah perusahaan teknologi di Beijing, pada tanggal 17 April 2025. AS dan Tiongkok melakukan pembicaraan mengenai tarif di Jenewa pada 11 Mei 2025. --Pedro Pardo / AFP
Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Ngozi Okonjo-Iweala, menyambut baik pertemuan ini dan menyebutnya sebagai “langkah maju yang signifikan.”
Ia menegaskan bahwa perkembangan ini penting tidak hanya bagi AS dan Tiongkok, tetapi juga bagi ekonomi global, terutama negara-negara berkembang yang rentan terhadap dampak perang dagang.
BACA JUGA:Melunak, AS Bebaskan Tarif Tambahan Untuk Barang-Barang Elektronik Tertentu dari Tiongkok
Di sisi lain, Wakil Presiden Asia Society Policy Institute, Wendy Cutler, mengatakan bahwa pembicaraan selama lebih dari 15 jam menunjukkan keseriusan kedua belah pihak.
Namun ia mengingatkan bahwa keberhasilan sejati akan terlihat dari isi perjanjian yang konkret. “Tanpa detail, sulit menilai apakah pertemuan ini benar-benar sukses,” katanya.
Sementara itu, Presiden Trump melalui platform Truth Social juga berbicara tentang negosiasi dengan Tiongkok "Kemajuan Besar!" tulisnya di sebuah unggahan.
BACA JUGA:Tarif Resiprokal ala Trump: Senja Kala Era Perdagangan Bebas?
Trump juga sempat mengusulkan penurunan tarif hingga 80 persen terhadap Tiongkok, namun Gedung Putih kemudian mengklarifikasi bahwa penurunan tarif tidak akan dilakukan secara sepihak. Tiongkok juga harus memberikan konsesi serupa.
Pertemuan di Jenewa ini berlangsung di tengah berita bahwa ekspor Tiongkok justru meningkat pada bulan lalu, yang terjadi karena pengalihan jalur perdagangan ke Asia Tenggara untuk menghindari tarif AS.
Pertemuan dagang AS-Tiongkok di Jenewa menandai harapan baru bagi meredanya konflik perdagangan yang telah mengguncang pasar global.
BACA JUGA:Trump Pertahankan Kebijakan Tarif Meski Tiongkok Kenakan Tarif 125% pada Barang-Barang AS
Meski belum ada rincian resmi, sinyal positif dari kedua belah pihak memberi harapan bagi pelonggaran ketegangan ekonomi dua negara terbesar dunia tersebut.(*)
*) Mahasiswa magang dari prodi Sastra Inggris, UIN Sunan Ampel Surabaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: