Menjadi Holistic Strategist: Manifesto untuk Revolusi Kepemimpinan Indonesia

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Wilayah, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)-disway.id/anisha aprilia-
Secara global pun, kita tertinggal dalam persaingan digital karena tidak ada strategi nasional yang solid untuk menghadapi disrupsi teknologi. Semua itu adalah biaya diam-diam yang harus kita bayar setiap hari –bukan karena kita kekurangan sumber daya, melainkan karena kita kekurangan pemimpin strategis yang mampu mengubah potensi menjadi prestasi.
”Menjadi seorang holistic strategist bukan hanya tentang karier individu. ini tentang masa depan bangsa.”
Saya mengajak Anda untuk bergabung dalam strategic insurgency –sebuah gerakan perubahan untuk menghentikan budaya strategi yang dangkal dan melahirkan generasi holistic strategist Indonesia. Ini bukan sekadar ajakan belajar strategi, melainkan revolusi cara kita berpikir, bertindak, dan memimpin.
Bagi pemimpin individu, langkah pertama adalah melakukan audit diri –apakah selama ini kita benar-benar strategis atau hanya terlihat pintar? Lalu, tingkatkan keahlian dengan selalu update dan adaptasi dengan kemajuan teknologi. Tapi, jangan berhenti di teori.
Uji kemampuan Anda dalam proyek nyata, bukan sekadar simulasi atau studi kasus. Temukan mentor yang punya rekam jejak terbukti, bukan hanya teori yang cemerlang. Yang paling penting: berbagilah ilmu. Sebab, dampak sejati datang ketika pengetahuan kita menggandakan kapasitas orang lain.
Bagi organisasi, mulailah dengan rekrutmen yang cerdas. Pilih orang yang punya kemampuan berpikir strategis, bukan hanya latar belakang akademik. Lanjutkan dengan pengembangan internal, investasi pada pelatihan, dan eksposur strategis.
Bangun budaya yang menghargai keberanian mengambil posisi, bukan yang hanya mengikuti arus. Pastikan struktur organisasi Anda mampu menjembatani strategi dan eksekusi. Terakhir, ukur apa yang penting: bukan banyaknya aktivitas strategis, melainkan hasil strategis yang dicapai.
Sementara itu, institusi pendidikan harus mengambil peran krusial. Rancang kurikulum yang menyisipkan kemampuan berpikir strategis di setiap disiplin, bukan hanya di kelas manajemen.
Gunakan metodologi yang menyeimbangkan teori dan praktik, undang praktisi lapangan ke ruang kuliah, dan libatkan mahasiswa dalam proyek nyata dengan pemangku kepentingan riil. Saat mengukur keberhasilan, jangan hanya lihat nilai akademis, tapi seberapa kuat kemampuan strategis mereka untuk memecahkan masalah dunia nyata.
Ini adalah panggilan bagi kita yang ingin melihat Indonesia tidak hanya besar secara potensi, tapi juga kuat dalam eksekusi. Sebab, masa depan bangsa ini membutuhkan lebih dari sekadar orang pintar –kita butuh pemimpin strategis yang utuh.
Sepuluh tahun lalu saya adalah seorang strategis yang bangga dengan slide rumit dan terminologi mengilap. Saya merasa hebat saat orang lain bingung memahami presentasi saya. Namun, lambat laun, saya sadar: kepintaran yang hanya menghasilkan kekaguman tanpa solusi bukanlah strategi.
Perjalanan menjadi holistic strategist adalah perjalanan yang membumi dan penuh koreksi. Saya belajar bahwa esensi strategi bukanlah soal terlihat pintar, melainkan soal seberapa jauh kita memecahkan masalah dan menciptakan perubahan nyata.
Dari Mas Agus Harimurti Yudhoyono, saya belajar bahwa pemimpin strategis sejati harus mampu mengorkestrasi dan membangun ruang di mana kecerdasan kolektif bisa tumbuh. Dari Bang Iftitah Sulaiman Suryanagara, saya belajar bahwa narasi dan keberanian berpikir serta bertindak jauh lebih penting daripada retorika yang elegan.
Mereka memberikan contoh bahwa kepemimpinan strategis adalah tentang menciptakan kejelasan, arah, dan energi perubahan.
Saya menulis artikel ini bukan karena saya merasa sudah sampai di tujuan. Justru sebaliknya, saya sedang dalam proses yang terus berjalan –belajar dari lapangan, dari mentor, dari kegagalan, dan dari tanggung jawab. Bagi saya, menjadi holistic strategist bukan sekadar soal naik jabatan atau personal branding.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: