Alasan Kentang yang Sudah Bertunas Tidak Boleh Dikonsumsi

Alasan Kentang yang Sudah Bertunas Tidak Boleh Dikonsumsi

Mengapa kentang yang sudah bertunas tidak boleh dikonsumsi?--Allrecipes

HARIAN DISWAY – Kentang merupakan salah satu sumber karbohidrat yang banyak digemari orang. Harganya terjangkau, cara pengolahannya mudah, kandungan gizinya pun membuat Kentang menjadi bahan makanan favorit.

Namun, tidak semua kentang layak untuk dimakan. Kentang yang sudah bertunas sering kali ditemukan di dapur atau rak sayur. Banyak orang mengira kentang itu masih aman untuk dikonsumsi setelah dipotong tunasnya. Padahal, kenyataannya tidak sesederhana itu.

Mengapa Kentang Bisa Bertunas?

Kentang adalah umbi yang secara alami akan mengalami proses pertumbuhan. Apalagi jika disimpan dalam waktu lama. Terutama di tempat yang lembap dan terkena cahaya.

BACA JUGA: 5 Menu Vegan yang Bikin Nagih

Tunas yang tumbuh merupakan bagian dari proses regenerasi tanaman. Tapi meski terlihat alami, tunas tersebut membawa risiko kesehatan yang perlu diwaspadai.

Racun Alami pada Kentang Bertunas


Salah satu penyebab diare yaitu mengonsumsi kentang yang sudah berwarna kehijauan karena zat solanin yang berbahaya bagi tubuh--Allrecipes

Kentang yang sudah bertunas, apalagi jika kulitnya mulai kehijauan, mengandung zat kimia alami bernama solanin.

Zat itu diproduksi sebagai bentuk perlindungan alami dari hama dan mikroorganisme. Solanin bersifat toksik bagi manusia. Terlebih jika dikonsumsi dalam jumlah tertentu.

BACA JUGA:4 Ide Menu Sahur dari Olahan Kentang untuk Diet, Makanan Rendah Kalori yang Menyehatkan

Solanin paling banyak ditemukan pada tunas, kulit, dan bagian daging kentang yang sudah berubah warna menjadi hijau.

Jika masuk ke dalam tubuh, zat itu bisa menyebabkan berbagai gangguan kesehatan. Seperti mual, muntah, sakit perut, diare, hingga gangguan saraf dalam kasus yang parah.

Tetap Berbahaya Meskipun Tunas Sudah Dipotong

Banyak orang beranggapan bahwa dengan memotong bagian tunas, kentang akan kembali aman dikonsumsi.

BACA JUGA:Kentang Goreng Air Fryer, Resep Cemilan Sehat yang Mudah Dibuat

Namun kenyataannya, racun solanin tidak hanya terkonsentrasi pada tunas. Tapi juga bisa menyebar ke seluruh bagian kentang. Terutama jika kentang sudah terlalu lama disimpan dan kulitnya berubah warna.

Memasak kentang bertunas, bahkan dengan suhu tinggi seperti digoreng atau direbus, tidak menjamin bahwa racun solanin akan hilang sepenuhnya.

Zat itu cukup stabil terhadap panas. Sehingga tetap bisa menimbulkan efek toksik meskipun kentang sudah dimasak matang.

Ciri-Ciri Kentang Tidak Layak Konsumsi

  • Muncul tunas di beberapa bagian.

  • Kulit kentang mulai berwarna hijau.

  • Tekstur kentang menjadi lembek dan berkerut.

  • Bau menyengat atau busuk.

BACA JUGA:Kentang Goreng Air Fryer, Resep Cemilan Sehat yang Mudah Dibuat

Cara Menyimpan Kentang Agar Tidak Bertunas


Simpan kentang di suhu yang sejuk dan bebas dari paparan cahaya agar tidak memicu pertumbuhan tunas--Ready Gardens

Untuk mencegah kentang bertunas, simpanlah di tempat yang sejuk, gelap, dan kering. Jauh dari paparan cahaya yang bisa merangsang pertumbuhan tunas.

Hindari menyimpan kentang di dalam kulkas. Karena suhu yang terlalu rendah dapat mengubah pati menjadi gula dan merusak tekstur serta rasanya saat dimasak. Sebaiknya, gunakan wadah terbuka atau kantong jaring. Supaya sirkulasi udara tetap baik.

Selain itu, jauhkan dari buah-buahan seperti apel dan pisang yang menghasilkan gas etilen. Karena gas itu dapat mempercepat proses pertunasan pada kentang. Dengan penyimpanan yang tepat, kentang bisa bertahan lebih lama dan tetap aman dikonsumsi.

BACA JUGA:Rahasia Resep Kentang Goreng Crispy Ala Restoran, Mudah Dibuat di Rumah

Kentang memang menyehatkan jika dikonsumsi dalam kondisi segar dan disimpan dengan benar. Namun, jika sudah bertunas dan menunjukkan perubahan warna, sebaiknya dihindari. Karena mengandung racun alami seperti solanin yang berbahaya bagi tubuh.

Jangan hanya mengandalkan tampilan luar atau sekadar memotong tunasnya. Karena risikonya tidak bisa dianggap sepele. Utamakan keselamatan dan kesehatan dalam memilih bahan makanan sehari-hari. (*)

*) Mahasiswa magang dari prodi Sastra Inggris, Universitas Negeri Surabaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber