Balap Liar dan Curanmor Surabaya Diklaim Menurun karena Razia Jam Malam

Balap Liar dan Curanmor Surabaya Diklaim Menurun karena Razia Jam Malam

Satpol PP Kota Surabaya lakukan patroli untuk menjalankan kebijakan jam malam di Surabaya.-Dok. Satpol PP -

BACA JUGA:Surabaya Terapkan Jam Malam, Kegiatan Sekolah Wajib Menyesuaikan Ketentuan!

BACA JUGA:DPRD Surabaya Dukung Kebijakan Jam Malam bagi Anak

Menurut Ida, sebagian besar dari mereka memiliki latar belakang keluarga yang tidak utuh atau minim perhatian.

Anak-anak yang terjaring razia jam malam itu rata-rata mencari perhatian. Ada yang dari keluarga single parent, ada pula yang kurang diperhatikan orang tua di rumah.

Untuk menangani masalah itu, pemerintah kota hadir dengan pendekatan komprehensif. Mulai dari edukasi spiritual, psikologis, hingga akses ke layanan pendidikan.

Selain itu, pemerintah kota juga memberikan pelatihan pengasuhan kepada orang tua.

“Kami edukasi orang tua tentang pola asuh yang baik. Karena ketahanan keluarga adalah fondasi utama,” ujarnya.

Menurut Ida, banyak kasus yang bisa dicegah jika orang tua lebih peduli pada kondisi anak. Bila anak merasa dicintai dan dihargai, kata Ida, biasanya mereka tidak akan cari perhatian di jalanan.

DP3APKB Surabaya membagi penanganan anak-anak bermasalah menjadi dua kategori. Pertama, anak yang belum terlibat aktif dalam aktivitas negatif hanya diberi pembinaan ringan, lalu dikembalikan ke orang tua.

BACA JUGA:DP3APPKB Surabaya Sosialisasikan Aturan Jam Malam ke Orang Tua

BACA JUGA:Satpol PP Gencarkan Patroli Jam Malam Anak, Sisir Tempat Kumpul Muda-Mudi, Ini Hasilnya!

Namun, anak yang sudah terlibat kasus miras, ngelem, atau tawuran, seperti halnya anak-anak komunitas punk, dibawa ke Rumah Perubahan.

Di sana, mereka menjalani program edukasi intensif selama satu minggu.

“Yang kedua ini melibatkan psikolog, kepolisian, dan Dinas Pendidikan. Tujuannya bukan menghukum, tapi memberikan pemahaman dan perbaikan awal,” tambah Ida.

Ia percaya, dengan campur tangan pemerintah kota dan dukungan keluarga, anak-anak bermasalah punya kesempatan kedua untuk kembali hidup normal. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: