Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (12): Robot, Whoosh, dan Labubu di Tianjin
ROBOT HUMANOID menyambut jurnalis yang mengunjungi Luban Workshop, Sabtu, 31 Agustus 2025.-Doan Widhiandono-
Para jurnalis diminta mencoba sepasang sandal hasil printer 3D. Ringan dan lentur. Cocok dipakai berjalan. Pesan yang ingin disampaikan jelas: teknologi bukan lagi barang asing di pabrik, melainkan produk yang bisa langsung dipakai masyarakat sehari-hari.
BACA JUGA:Siswa ITCC Raih Beasiswa ke Tiongkok (1): Bening Tilu Kejar Cita-Cita Mulia
Di ruang pencetakan itu, pengunjung juga bisa mendapat gantungan kunci Labubu. Boneka kecil berwajah jenaka itu kini populer sebagai figur budaya pop. Di museum ini, Labubu juga diposisikan sebagai bagian dari diplomasi budaya Tiongkok. Halus, sederhana, tetapi efektif.
Bagi para jurnalis, pemberian suvenir ini bukan hal sepele. Ia menjadi cara lain Tiongkok membangun kedekatan. Juga memberi cerita. Sama seperti robot yang ramah atau kokpit yang realistis, Labubu hadir untuk disebarkan melalui berita-berita ke seluruh dunia. Sebagaimana ’’tantangan’’ yang ditujukan untuk para jurnalis peserta China International Press Communication Center (CIPCC). Yakni: membagi cerita.
Luban Workshop sendiri adalah program pendidikan vokasi internasional yang diprakarsai Tianjin sejak 2016. Museum di kampus vokasi itu menjadi etalase sejarah, pencapaian, dan perluasan jaringan globalnya. Hingga kini, sudah ada 25 Luban Workshop di 23 negara.
Setiap negara mitra mendapatkan pusat pelatihan sesuai kebutuhan lokal. Thailand menjadi lokasi pertama, fokus pada teknologi kereta. Indonesia ikut kebagian, terutama di bidang otomasi dan manufaktur. Di Afrika, ada yang mengajarkan logistik dan konstruksi. Di Eropa, ada yang menekankan kuliner dan robotika.
Inti dari semua itu adalah transfer pengetahuan dan keterampilan. Bukan hanya pengiriman mesin. Model yang dipakai disebut EPIP (Engineering, Practice, Innovation, Project). Mahasiswa belajar langsung lewat proyek nyata, sehingga terlatih menggabungkan teori dengan praktik.
Keberadaan museum di Tianjin tersebut punya dua sisi. Bagi warga Tiongkok sendiri, ia jadi sarana kebanggaan atas hasil pendidikan vokasi yang dikembangkan. Kedua, untuk delegasi asing, ia jadi ruang diplomasi pendidikan.
Tak heran, para jurnalis memang sengaja dibawa ke Luban Workshop di sela-sela peliputan KTT Shanghai Cooperation Organization. Tujuannya jelas: menunjukkan bagaimana Tiongkok memadukan teknologi, pendidikan, dan kerja sama antarbangsa.
Sebagai pengajar mata kuliah Komunikasi Internasional, saya mencatat bahwa kunjungan ke museum itu bukan sekadar melihat pameran teknologi. Ia lebih menyerupai laporan singkat tentang strategi Tiongkok. Yaitu, bagaimana sebuah negara memperluas pengaruh dengan pendidikan vokasi, bukan hanya infrastruktur besar.
BACA JUGA:Jelang Peringatan 80 Tahun Kemenangan Melawan Jepang: Tiongkok Tegaskan Komitmen Perdamaian
Sabtu itu, saya keluar dari kompleks kampus dengan membawa dua hal. Pertama, gambaran konkret tentang bagaimana Luban Workshop bekerja. Kedua, gantungan kunci Labubu kecil yang imut. Simbol sederhana bahwa diplomasi bisa hadir dalam bentuk paling nggemesin… (*/bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: