FGD Kemendiktisaintek dan Bappenas 24-25 September 2025: Membangun Industri yang Berdampak bagi Masyarakat

FGD Kemendiktisaintek dan Bappenas 24-25 September 2025: Membangun Industri yang Berdampak bagi Masyarakat

ILUSTRASI FGD Kemendiktisaintek dan Bappenas 24-25 September 2025: Membangun Industri yang Berdampak bagi Masyarakat.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Deputi bidang infrastruktur di Kementerian PPN/Bappenas yang dijabat Abdul Malik Sadat Idris memberikan pernyataan yang menarik. 

Idris yang dilantik pada 16 Januari 2025 dan bertugas untuk mengoordinasikan perencanaan pembangunan infrastruktur nasional di Indonesia menyatakan bahwa banyak pembangunan yang tidak berhasil karena perencanaan pembangunan meninggalkan kampus. 

Belajar dari kekeliruan yang terjadi di berbagai negara itulah, akhirnya Kemendiktisaintek dan Bappenas akhirnya memutuskan menggelar kegiatan FGD yang mengundang para pakar dan guru besar dari berbagai universitas di Indonesia. 

Untuk FGD bidang industri, ada delapan guru besar dan pakar yang diundang yang berasal dari ITB, ITS, Unair, dan perguruan tinggi lain. Dengan mengundang pakar dari kampus, diharapkan masukan dan usulan program yang menerjemahkan program prioritas presiden dapat lebih realistis, efektif, dan benar-benar berbasis bukti ilmiah.

Salah seorang pakar yang diundang dalam FGD bidang industri adalah Prof Badri Soekoco dari Universitas Airlangga. Dalam paparannya, Badri menjelaskan strategi yang perlu dikembangkan untuk mendongkrak dan menentukan arah perkembangan industri strategis di Indonesia. 

Menurut Badri, industri strategis harus menjadi lokomotif transformasi dan daya dorong bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi. 

Dengan belajar dari Tiongkok, Badri mengusulkan agar industri strategis yang dikembangkan Indonesia lebih berorientasi mengurangi produk impor dan mampu menghasilkan produk-produk yang selama ini Indonesia masih tergantung pada produk impor. 

Dengan data yang akurat, Badri memperlihatkan betapa Indonesia selama ini membuang banyak dana dengan percuma karena kita tergantung pada teknologi dan produk impor. 

Di bidang kesehatan, misalnya, kebutuhan akan perawatan dan pengobatan orang sakit jantung membutuhkan dana hingga ratusan triliun rupiah. 

Semua produk untuk perawatan dan pengobatan sakit jantung boleh dikata masih tergantung pada produk impor. Menurut Badri, bisa dibayangkan kalau arah perkembangan industri di tanah air diarahkan untuk menyediakan produk-produk subtitutif yang salaam ini kita impor? 

Bukan hanya penghematan, melainkan juga akselerasi perkembangan industri dan pertumbuhan ekonomi otomatis akan tumbuh ketika ketergantungan impor dapat kita kurangi.

COLLABORATIVE GOVERNENCE

Langkah maju yang dikembangkan Kemendiktisaintek dan Bappenas itu menggelar FGD yang melibatkan orang-orang kampus sesungguhnya adalah bentuk dari collaborative governance yang kini menjadi cara kerja baru pemerintah. 

Berbeda dengan konsep government, yakni peran pemerintah cenderung mendominasi, kini manajemen publik yang dikembangkan pemerintah lebih menggunakan konsep governance

Yang dimaksud governance di sini menekankan arti penting kerja sama antara pemerintah, dunia industri, dan kampus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: