Dari Keheningan, Michelle Layanto Mengajak Dunia untuk Mendengar

Dari Keheningan, Michelle Layanto Mengajak Dunia untuk Mendengar

Merayakan Hari Bahasa Isyarat Internasional 2025, yayasan Pusbisindo Jawa Timur menyelenggarakan kegiatan bertajuk “GESTURA” pada 27 September 2025 di Gedung Laboratorium Anti-Doping UNESA, Surabaya. -GESTURA-

BACA JUGA: Kafe Inklusif Difel: Pertamina Gandeng Disabilitas Bangun Kemandirian Lewat Kopi

BACA JUGA: Workshop Melukis dengan Ampas Kopi yang Diikuti Barista Tuli Ini Buktikan Disabilitas Itu Kreatif

Michelle percaya, perubahan besar selalu dimulai dari hal kecil. Dalam sesi diskusi, dia mengajak semua peserta ikut berperan dalam mewujudkan akses komunikasi yang inklusif. Berikut caranya:

  1. Mulai dari diri sendiri. Pelajari Bisindo, meski hanya kata-kata sederhana.
  2. Berinteraksi langsung dengan teman tuli, tanpa rasa sungkan.
  3. Gunakan media sosial untuk berbagi edukasi tentang bahasa isyarat.
  4. Tolak stigma bahwa tuli berarti tidak mampu.
  5. Libatkan komunitas tuli dalam forum dan pengambilan keputusan.

BACA JUGA: Pelatihan Hospitality untuk Siswa Disabilitas Tingkatkan Kepercayaan Diri

BACA JUGA: Semangat Sahabat Tuli Belajar Ngaji dengan Bahasa Isyarat

“Saya sering datang ke event besar, tapi beberapa dari pihak acara tidak menyediakan JBI. Tentu saya kecewa dan sedih. Harusnya, setiap acara besar menyediakan JBI meski ada atau tidak ada sahabat tuli,” jelas Michelle.

Dia berharap dengan adanya kelas bahasa isyarat ini, akan semakin banyak orang yang tertarik untuk belajar bahasa isyarat dengan membatu sahabat tuli untuk berkomunikasi.

Jika JBI semakin banyak, dia yakin akses komunikasi untuk sahabat tuli ke dunia luar juga semakin diperluas.

“Bahasa isyarat harus diperjuangkan oleh para teman tuli dan kita semua untuk membuka kesempatan komunikasi yang lebih inklusif,” ujarnya sebagai penutup seminar.

BACA JUGA:Festival Hari Bahasa Isyarat Internasional 2024 Gugah Inklusivitas

BACA JUGA:Difabel Tanggap Bencana: Langkah Menuju Masyarakat Tangguh dan Inklusif

Bagi Michelle, setiap tangan yang bergerak adalah suara. Setiap isyarat adalah cerita. Dan setiap orang yang memahami bahasa isyarat adalah satu langkah lebih dekat menuju dunia yang benar-benar setara.

Karena inklusi bukan pilihan, melainkan sebuah keharusan. Dan bahasa isyarat, bagi Michelle, adalah bukti bahwa kadang, keheningan juga bisa bicara. (*)

*) Mahasiswa magang dari Prodi Sastra Inggris Universitas Negeri Surabaya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: