Uskup Surabaya Mgr Agustinus Tri Budi Utomo Buka Pameran Sabda Telah Menjadi Rupa, Karya Dua Imam Katolik

Uskup Surabaya Mgr. Agustinus Tri Budi Utomo membuka dan menyaksikan pameran lukisan Sabda Telah Menjadi Rupa. Pameran itu berlangsung sejak 5 hingga 9 Oktober 2025 di Galeri Merah Putih, Balai Pemuda, Surabaya.-Tirtha Nirwana Sidik-HARIAN DISWAY
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Rm Yohanes Agus Riyanto MSF dan Rm Stefanus Ruswan B. Sunarjo MSF, dua imam Katolik, tidak hanya berkarya untuk melayani umat saja. Keduanya juga piawai dalam membuat karya seni rupa.
Pada 4 Oktober 2025, keduanya menggelar pameran lukisan bertajuk Sabda Telah Menjadi Rupa. Pameran itu berlangsung hingga 9 Oktober, bertempat di Galeri Merah Putih, Balai Pemuda, Surabaya.
Sebagai imam Katolik, karya keduanya adalah aktualisasi dari perenungan, refleksi yang mendalam, serta penghayatan terhadap Sang Sabda.
BACA JUGA:YKAI Gelar Pameran Lukisan Anak Bertajuk Terima Kasih Ayah dan Bunda di Surabaya
"Sang Sabda itu adalah Tuhan. Ia hadir dan tinggal di tengah-tengah kita. Ia menginspirasi dan mengejawantah dalam banyak rupa. Banyak wujud. Itu semua dari sumber yang sama. Ialah Kristus sebagai pribadi Ilahi yang hidup," ujar Rm Agus, yang akrab disapa Romo Suga Sen.
Sabda Telah Menjadi Rupa merupakan bagian kedua dari proyek Trilogi Sabda. Pameran pertama keduanya bertajuk Sabda Telah Menjadi Warna digelar pada 2017 di Tembi Rumah Budaya Yogyakarta.
Pameran itu dibuka oleh Uskup Keuskupan Surabaya Mgr. Agustinus Tri Budi Utomo. Dalam sambutan, Mgr Agustinus menyebut bahwa setiap karya seni adalah trilogi. Memiliki 3 proses.
"Pertama, memasukkan sesuatu. Kedua, mengolahnya dan ketiga, mengekspresikannya dalam bentuk karya seni," ungkapnya.
Baginya, karya seni adalah proses internalisasi pengalaman yang diolah dalam batin. Hingga kemudian sang seniman mengimajinasikan bentuk dan warna yang sesuai.
Uskup Surabaya Mgr. Agustinus Tri Budi Utomo bersama Rm. Yohanes Agus Riyanto MSF dalam pameran Sabda Telah Menjadi Rupa, 5 Oktober 2025 di Galeri Merah Putih, Surabaya.-Tirtha Nirwana Sidik-HARIAN DISWAY
Proses itu kemudian melalui tahapan eksternalisasi. Yakni berupa karya seni. "Karya kedua romo itu adalah bentuk refleksi. Mereka berjumpa dengan fenomena kehidupan sehari-hari. Hasil itu diolah dalam batin. Kemudian diwujudkan. Wujudnya bisa kita saksikan bersama dalam pameran ini," ujarnya.
BACA JUGA:Wisma Jerman Gelar Pameran Lukisan La Wet oleh Daniel Kho, Serukan Pentingnya Keseimbangan Alam
Mgr Agustinus pun berharap dunia seni di Surabaya menjadi semakin hidup. Sebab menurutnya, indikator reflektif dalam sebuah masyarakat akan tampak dari cara mereka mengapresiasi seni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: