Reformasi Tata Kelola BUMN: CEO Asing atau Efisiensi, Mana Yang Lebih Urgen?
ILUSTRASI Reformasi Tata Kelola BUMN: CEO Asing atau Efisiensi, Mana Yang Lebih Urgen? -Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
BACA JUGA:Resmi! Ini 11 Poin Utama Revisi UU BUMN: Tak Boleh Rangkap Jabatan hingga Jadi Badan Pengatur
Pada tahun yang sama, sepuluh BUMN tersebut membukukan laba bersih Rp283,6 triliun atau 93,3 persen dari total laba bersih seluruh BUMN pada 2024, yaitu Rp304 triliun (Kementerian BUMN, November 2024).
Di luar sepuluh BUMN andalan tersebut, ratusan BUMN lainnya kini masih terpaksa masih ”disusui” karena mencatatkan kinerja keuangan yang tidak menggembirakan meski tidak disebut merugi.
Konsekuensinya, pemerintah terpaksa masih harus melakukan kebijakan subsidi silang dari BUMN yang surplus ke yang defisit maupun melalui skema injeksi modal atau ekuitas (bailout).
BACA JUGA:Tok! DPR RI Ganti Kementerian BUMN Jadi Badan Pengaturan
BACA JUGA:Bukan Kementerian BUMN, Ini Alasan DPRD Surabaya Temui Danantara soal Lahan Pertamina
Hal itu tampak jelas dari raut kekecewaan Presiden Prabowo ketika mencermati sejumlah korporasi pelat merah yang mengguyur para eksekutifnya dengan fasilitas gaji fantastis, berbagai bonus, dan tantiem yang amat menggiurkan meski kinerja keuangan perusahaan merugi.
Dengan demikian, sangat boleh jadi, tebersit keinginan presiden kedelapan RI itu untuk memangkas jumlah perusahaan pelat merah demi menciptakan efisiensi dan membuka ruang partisipasi talenta asing untuk mengisi jabatan puncak di BUMN yang diharapkan membawa angin segar menuju perubahan organization culture.
BECERMIN PADA TIONGKOK
Di era VUCA (vulnerability, uncertainty, complexity, and ambiguity) yang sulit diprediksi dewasa ini, kemampuan beradaptasi di segala kondisi menjadi salah satu kompetensi paling signifikan bagi seorang pemimpin organisasi bisnis.
Dunia teknologi, bisnis, dan dinamika lingkungan kerja terus berkembang dengan cepat, menuntut kepiawaian seorang pemimpin untuk bertindak adaptif, fleksibel, dan inovatif dalam menghadapi tantangan yang selalu berubah cepat.
Menurut pandangan Ron Heifetz, profesor ilmu kepemimpinan dari Universitas Harvard, kepemimpinan adaptif adalah kemampuan seorang pemimpin organisasi untuk mengadaptasi diri terhadap perubahan akseleratif yang terjadi, baik lingkungan internal maupun eksternal organisasinya.
Dengan begitu, seorang pemimpin harus mampu menavigasi dan merespons dengan kreatif bagaimana mengidentifkasi serta mengubah tantangan menjadi peluang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: