DUA peristiwa penting ini terjadi di Thailand, Selasa, 22 Agustus 2023. Negeri itu akhirnya punya perdana menteri (PM) baru, yakni Srettha Thavisin. Lalu, mantan PM Thaksin Shinawatra juga pulang kampung setelah 15 tahun mengasingkan diri.
Terpilihnya Thavisin sebagai PM mengakhiri kebuntuan politik Thailand selama tiga bulan. Ia dengan mudah meraih suara mayoritas di kedua majelis parlemen. Taipan itu pun melenggang sebagai PM ke-30 di Negeri Gajah Putih tersebut. Padahal, partainya, Pheu Thai, menduduki posisi kedua dalam pemilu Mei 2023.
SENYUM LEBAR Srettha Thavisin ketika menyapa pendukungnya di markas Partai Pheu Thai di Bangkok, 22 Agustus 2023.-MANAN VATSYAYANA-AFP-
Pengangkatan Thavisin memang menunjukkan kekuatan Pheu Thai dalam menggalang koalisi. Partai itu bisa menggandeng selusin partai untuk berkoalisi. Menguasai 314 dari 500 kursi di majelis rendah. Perolehan suara Thavisin dalam voting di parlemen pun mantap. Lebih dari 374 suara saat berita ini ditulis oleh Agence France-Presse, Selasa malam.
BACA JUGA: Latihan Sispamkota untuk Amankan Pemilu: Polisi Siap Tempur…!
BACA JUGA:Gabung Agensi Baru, GF Entertaiment, Bang Yedam Mantan Treasure Siap Kembali Ke Dunia Hiburan
Memang ada kontroversi yang mengiringi koalisi tersebut. Sebab, mereka berani mengajak lawan-lawan politik dalam koalisi. Termasuk partai militer yang sebelumnya menggulingkan perdana menteri dari partai Pheu Thai.
Partai yang didirikan Thaksin Shinawatra itu memang mengambil alih kendali. Sebab, Partai Move Forward (MFP) memilih mundur. Pemimpin mereka ditolak menjadi perdana menteri oleh kekuatan konservatif pro-militer. Padahal, partai itu memenangkan banyak kursi dan punya hak untuk membentuk pemerintahan.
Pemungutan suara tersebut dilakukan beberapa jam setelah Thaksin kembali ke Thailand untuk kali pertama sejak 2008. Dan langsung ditahan.
Thavisin adalah mantan pemilik raksasa Thailand, Sansiri. Ia selalu berkampanye untuk mengatasi kemiskinan dan kesenjangan di Thailand. Padahal, isu kemiskinan itu yang membuat MFP memenangi pemilu.
BACA JUGA:Kembalinya Lokolingoy, Buka Kans Kemenangan Perdana Arema FC di Liga 1
BACA JUGA:Ayahnya Gabung Arema FC, Ze Valente Bilang Begini...
Gelombang demonstrasi dari kalangan perkotaan dan pemuda kerap terjadi selama satu dekade terakhir. Mereka tidak puas dengan pemerintahan militer. Dan itu pula yang membuat MFP menjadi jawara.
Namun, janji-janji partai tersebut untuk mereformasi hukum penghinaan terhadap raja dan mengatasi monopoli bisnis yang kuat menimbulkan tentangan sengit dari elite di kerajaan.
Pemimpin MFP, Pita Limjaroenrat, gagal mendapatkan dukungan yang cukup dari senator pro-militer dan pendukung kerajaan. (*)