SURABAYA, HARIAN DISWAY – Rangkaian pementasan Ludruk Merdeka dari The Luntas Indonesia memasuki kampung kedelapan.
Sebelumnya, kelompok ludruk yang dikomandoi Robets Bayoned itu telah menyambangi 7 kampung di Surabaya.
Yakni: Kampung Lawas Maspati, Perum Kutisari Indah, Benowo Sawah, Gundih, Semanggi Kendung, Pagesangan dan Petemon.
BACA JUGA:Kampung Maspati Tertawa! Luntas Sajikan Jaka Tarub dalam Pentas Keliling Ludruk Merdeka
BACA JUGA:Mahasiswa, Dosen dan Rektor UNESA Main Ludruk, Tampilkan Drama Keluarga Keraton Surabaya
Kali ini mereka tampil di Kampung Asem Jajar, mementaskan lakon berjudul Bangkit dari Kubur. “Dalam pementasan kali ini, kami melibatkan warga sekitar,” ujar Robets.
Pukul delapan malam, ratusan warga dan masyarakat umum memenuhi lapangan Asem Jajar III.
Lazimnya pementasan ludruk, dimulai dengan tari remo yang dibawakan oleh Nandita Putri.
Lantas Robets membukanya dengan sapaan, “Tak dungakno ibu-ibu nangkene sing ndelok ludruk, mene oleh duik rong juta (Saya doakan ibu-ibu yang melihat ludruk, besok dapat uang dua juta, Red).”
Sontak mereka menjawab “Amiiiiiinn.”
“Tapi mene dibaleknoe rong juta setengah (Tapi besok dikembalikan dua juta setengah, Red),” guraunya.
Ia mengibaratkan dirinya seperti “bank titil” atau rentenir. Para pengunjung kembali tertawa.
Robets kemudian bertandem dengan Ipul Bayoned. Mereka melontarkan joke-joke seputar Hari Kemerdekaan.
Salah satunya, membaca puisi dengan diiringi nyanyian.
Saat Ipul membaca puisi tentang Pahlawan, Robets mengiringinya dengan lagu Bojo Loro. Spontan, Ipul terbawa nyanyian itu hingga merusak liriknya.
“Pahlawanku.. Awake kuru mikir bojo loro (badannya kurus mikir isteri dua, Red),” kata Ipul. Lelucon segar itu berhasil mengocok perut penonton.
Dalam pementasan Bangkit dari Kubur, Luntas melibatkan warga sekitar. Seperti Puji Antoro dan Saiful Bahri sebagai hansip, Edi Suwito, ketua RW 3 sebagai Lurah.
Tokoh utamanya, Tegar Dhafa R yang berperan sebagai anak muda yang menentang peredaran narkoba.
Dhafa diceritakan berpacaran dengan Devina Uswatun Hasanah. Pacarnya itu justru anak dari Chrismas Budianto (Sugondo), yang berperan sebagai bandar narkoba. Ketiganya pun adalah warga Asem Jajar yang dilibatkan.
Dhafa bertengkar dengan preman anak buah Sugondo, hingga ia tewas ditikam. Arwahnya gentayangan, menjadi hantu pocong.
Pocong Dhafa muncul pertama kali pada dua penggali kubur yang diperankan Robets dan Ipul.
Saat itu Ipul terlihat ketakutan karena dikisahkan berada di area pemakaman.
BACA JUGA:Ludruk Gapura Jaya di Bangkingan: Eri Cahyadi Batal Tampil, Antusiasme Penonton tetap Tinggi
BACA JUGA:Super-Banyol, Grup Ludruk Luntas Hibur Tamu Ulang Tahun Harian Disway
Robets memberinya cara untuk mengatasi rasa takut. Yakni bernyanyi sambil memejamkan mata.
Ipul melakukannya. Apesnya, saat ia membuka mata, pocong Dhafa berada di hadapannya.
“Lho, kok onok arek iki (kok ada anak ini, Red),” kata Ipul. Sontak, Ipul berlari menyusul Robets yang telah lintang pukang mendahuluinya.
Pementasan rangkaian Ludruk Merdeka di Asem Jajar, dihadiri oleh Eri Cahyadi, Wali Kota Surabaya.
Dalam sambutannya, ia mengapresiasi totalitas Luntas. “Pementasan ludruk yang digelar Luntas mampu mengakrabkan warga. Sekaligus turut memberdayakan UMKM di sini,” ujarnya.
Di lapangan Asem Jajar III itu memang berdiri beberapa tenant UMKM. Mereka mendapat pemasukan dari antusiasme ratusan pengunjung itu.
Pementasan terakhir dari rangkaian Ludruk Merdeka akan berlangsung di Kampung Tambak Asri, pada 3 September 2023. (*)