SURABAYA, HARIAN DISWAY - ARTSUBS menggelar diskusi publik bersama seniman di Ruang Diskusi T9, Jumat, 16 November 2024. Dipandu oleh Kurator ARTSUBS Nirwan Dewanto, diskusi itu menghadirkan Hanafi, perupa dari Purworejo dan arsitek sekaligus kreator karya seni Water Temple Paradox, Rahmat Indrani alias Kibo.
Diskusi dibuka dengan pembahasan karya seni mereka yang dipamerkan di ARTSUBS. Liang, judul lukisan milik Hanafi. Lukisan abstrak dengan media kanvas berukuran 575 cm x 2 meter. Lukisan itu hanya menggunakan dua unsur warna. Yaitu hitam dari cat serta putih dari kanvas.
"Mewakili penonton, saya ingin bertanya pada Mas Hanafi, sebenarnya makna Liang itu apa?" tanya Nirwan. Hanafi menjawab bahwa Liang adalah upayanya untuk menyajikan sesuatu yang tampak dan tidak tampak. Indikasinya, guratan warna hitam di lukisan itu, yang abstrak, tidak memenuhi seluruh dimensi dari kanvas.
Ada beberapa sudut di tengah yang dibiarkan kosong. Menciptakan delapan rongga putih beragam ukuran. Guratan hitam itu ia ibaratkan sebagai meja. Sedangkan rongga putihnya sebagai kolong. Hanafi menjelaskan bahwa dari sesuatu yang nampak, pasti juga menciptakan sesuatu yang tidak nampak.
BACA JUGA:Lewat Beyond My Wildest Dream, Zeta Ranniry Abidin Ekspresikan Kejar Mimpi di ARTSUBS
BACA JUGA:ARTSUBS dan Pable Indonesia Gelar Workshop Kerajinan Tas Makrame dari Tali Daur Ulang
Hanafi (kiri) dan Kibo, dua seniman ARTSUBS saat menjelaskan karya seninya pada diskusi publik yang digelar ARTSUBS. -Martinus Ikrar Raditya-HARIAN DISWAY
"Maka saya tidak tahu. Apakah di Liang ini saya ingin menampakan sesuatu yang tampak atau menampilkan sesuatu yang tidak tampak," ujarnya. Baginya sebuah karya seharusnya memiliki makna yang tidak mudah ditafsirkan begitu saja.
Kemudian, Nirwan melempar pertanyaan ke seniman kedua perihal yang sama. Kibo secara gamblang menjelaskan bahwa karyanya itu ingin menyimbolkan paradoksial sebuah perayaan. Terinspirasi dari berbagai ornamen serta kultur seremoni masyarakat Tionghoa, Kibo mengibaratkan karyanya sebagai kuil dan lampion.
"Lampion sering dipakai masyarakat Tionghoa saat mereka merayakan sebuah hari besar," ujarnya. Objek balutan kain warna merah dalam lukisan itu menyimbolkan lampion. Sedangkan air yang mengalir pada kain menyiratkan hujan, yang sering dirayakan sebagai pertanda baik bagi tradisi masyarakat Tionghoa.
BACA JUGA:ARTSUBS Gelar Workshop Seni Keramik, Ajak Peserta Nikmati Proses Berkesenian Tanah Liat
Sesi foto bersama setelah diskusi publik ARTSUBS usai. -Martinus Ikrar Raditya-HARIAN DISWAY
Nirwan menyimpulkan kedua karya itu sebagai gambaran keadaan Surabaya dan pameran seni di dalamnya. "Surabaya ini kota besar yang roda ekonominya bergerak cepat. Sayang sekali seni di sini disisihkan," ucapnya.
Meskipun animo pengunjung ARTSUBS secara keseluruhan besar, tetapi pemerintah kurang memberi perhatian pada gelaran sekaliber ARTSUBS. Meminjam metafora meja dan kolong, Nirwan mengibaratkan ARTSUBS sebagai kolong yang tercipta di bawah meja. Ada, tapi sengaja tidak ditampakkan. Karena fokus utamanya adalah meja.(*)