Jawa Timur Sebagai Gerbang Baru Nusantara: Utopia atau Realita?

Jumat 20-12-2024,15:30 WIB
Oleh: * Surokim As

Gagasan Jawa Timur sebagai gerbang baru Nusantara menarik untuk dicermati. Apalagi penggagas ide itu adalah Ibu Khofifah dan Pak Emil Elestianto, yang bisa dipastikan akan menahkodai kembali Jawa Timur untuk periode 2025-2030.

Ide dan gagasan ity bisa dinilai dari beragam perspektif. Tentu saja, selalu ada pro dan kontra, plus dan minus dari setiap munculnya sebuah gagasan baru.

Namun, menurut saya, ide tersebut perlu ditanggapi secara positif, mengingat relevansinya tidak hanya terkait dengan pengembangan IKN Nusantara, tetapi juga mengembalikan kejayaan Bumi Majapahit sebagai pusat pertumbuhan baru di Indonesia.

Seiring dengan melemahnya daya dukung Jakarta sebagai ibu kota lama, gagasan itu tampak orisinal, responsif, prospektif, dan mengandung semangat kuat untuk menjadikan Jawa Timur sebagai pusat gravitasi kawasan baru Indonesia Timur.

Ide itu akan memiliki banyak dampak tidak hanya untuk Jawa Timur, tetapi juga untuk kawasan Indonesia Timur. Gagasan itu sejalan dengan pemasaran kawasan Jawa Timur agar bisa kompetitif dalam mendatangkan investor, baik domestik maupun internasional.

Dilihat dari perspektif sejarah, Bumi Majapahit di Jawa Timur tercatat tidak hanya sebagai pintu gerbang Nusantara pada masanya. Bahkan, Jawa Timur sudah menjadi pintu gerbang Asia Tenggara.

Tentu saja, semangat itu diharapkan bisa membangkitkan kembali memorabilia kejayaan lama, sehingga Jawa Timur bisa kembali menjadi pusat peradaban di Indonesia dan Asia Tenggara.

BACA JUGA:Mosi Impeachment Presiden Korsel, Bagaimana Jika Terjadi di Indonesia?

BACA JUGA:Deteksi Dini Kebangkrutan Lembaga Keuangan Syariah

Gerbang Baru Nusantara merupakan langkah maju untuk mengantisipasi munculnya pergeseran pusat gravitasi dari Selat Malaka ke wilayah tengah Indonesia.

Kondisi tersebut sudah tergambarkan dalam rancangan teknokratik Rencana Pembangunan Jangka Menengah Negara (RPJMN) Indonesia 2025-2029.

Kawasan Tengah dan Timur Indonesia akan menjadi wilayah strategis dan akan semakin akseleratif pertumbuhannya. Pangsa ekonomi di wilayah tersebut diperkirakan akan meningkat 6%. Sebaliknya, kawasan Barat Indonesia diprediksi akan turun 6%.

Emil Elestianto (2024) menyebut bahwa wilayah Jawa Timur adalah pilihan strategis dan potensial menjadi konektor utama di wilayah Timur Indonesia. Kawasan itu berpotensi menjadi penopang dan pintu masuk IKN yang strategis.

Pemprov Jawa Timur harus bekerja keras untuk menyiapkan daya dukung baik infrastruktur maupun suprastruktur. Hal tersebut dilakukan agar bisa menghadirkan performa birokrasi modern yang profesional dengan layanan prima.

Tolok ukur kreasi dan inovasi terletak pada kecepatan layanan publik dan biaya yang ekonomis. Hal itu seperti yang telah dilakukan di wilayah pelabuhan utama negara lain. Reformasi birokrasi, good governance, dan layanan prima menjadi pintu masuknya.

Salah satu aspek dalam reformasi layanan publik adalah terkait perizinan, yang hingga kini masih perlu pembenahan oleh gubernur dan wakil gubernur yang terpilih nanti. Masukan dari para akademisi Jawa Timur yang sempat muncul dari forum FGD yang diselenggarakan IKA Unair dan Sekolah Pascasarjana Unair beberapa waktu lalu (7/12/2024) juga penting untuk ditindaklanjuti.

Kategori :