FOMO vs JOMO: Pilih Mana Buat Hidup Lebih Tenang?

Jumat 23-05-2025,15:30 WIB
Reporter : Pingki Maharani*
Editor : Heti Palestina Yunani

HARIAN DISWAY - Setiap notifikasi dari ponsel seperti panggilan untuk terus hadir, terus terkoneksi, dan terus mengetahui. Namun, apakah itu membuat hidup lebih bermakna atau justru sebaliknya?

Dalam era digital, fenomena Fear of Missing Out (FOMO) menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan banyak orang. Istilah ini menggambarkan perasaan cemas atau takut tertinggal dari informasi, tren, atau aktivitas yang dilakukan orang lain.

Sementara itu, kebalikan dari FOMO dikenal sebagai Joy of Missing Out (JOMO), yaitu kenikmatan karena memilih untuk tidak terlibat dalam hiruk-pikuk tersebut dan lebih memusatkan perhatian pada hal yang benar-benar penting bagi diri sendiri.

BACA JUGA: Alasan FOMO Membuat Kita Sering Membeli Barang Tidak Perlu

Kehadiran media sosial menjadi salah satu pemicu utama berkembangnya FOMO. Dalam laporan Global Web Index, sekitar 56% pengguna media sosial berusia 16-24 tahun mengaku sering merasa cemas atau stres karena khawatir tidak mengikuti tren terbaru. Kecemasan ini dapat berujung pada masalah kesehatan mental yang lebih serius jika tidak ditangani dengan baik. 

Psikolog dari Universitas Indonesia, Dr. Liza Marielly Djaprie, menyatakan bahwa FOMO bisa berdampak negatif terhadap kesehatan mental.

“FOMO bisa menimbulkan kecemasan, stres, bahkan rasa rendah diri karena seseorang merasa hidupnya kurang berwarna dibanding orang lain,” ujarnya. Gejala seperti sulit tidur, kelelahan emosional, hingga gangguan konsentrasi seringkali menjadi akibat dari tekanan sosial ini.

BACA JUGA: Mengatasi FOMO di Musim Liburan bagi Anda yang di Rumah Saja

Sebaliknya, JOMO menawarkan pendekatan yang lebih sehat terhadap kehidupan digital. Konsep ini mengajak individu untuk menikmati momen tanpa merasa bersalah karena tidak tahu semua hal atau tidak hadir di semua tempat.

Dalam JOMO, seseorang belajar menetapkan batasan, mengatur waktu, dan membangun kesadaran atas apa yang benar-benar dibutuhkan.

Sebuah studi yang dilakukan University of Bath, Inggris, menyatakan bahwa mereka yang menerapkan prinsip JOMO cenderung memiliki tingkat kepuasan hidup yang lebih tinggi.


fenomena Fear of Missing Out (FOMO) menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan banyak orang. --Psychology Today

BACA JUGA: Orang-orang FOMO Ikutan War Tiket Coldplay, Salah Enggak Sih?

Mereka lebih mampu menghargai rutinitas sederhana, menjaga kualitas relasi nyata, serta memiliki keseimbangan antara dunia digital dan realitas.

Tentu, tidak mudah untuk beralih dari FOMO ke JOMO. Apalagi dalam lingkungan sosial yang mengedepankan kecepatan dan keterlibatan. Namun, bukan berarti tidak mungkin.

Kategori :