Series Jejak Naga Utara Jawa (73) : Sien Ci Putih Ita Martadinata

Series Jejak Naga Utara Jawa (73) : Sien Ci Putih Ita Martadinata

HARJANTO HALIM menerangkan sejarah beberapa papan arwah pada altar yang terletak di Boen Hian Tong.-Yulian Ibra-Harian Disway-

Altar tempat bersemayamnya sien ci (papan arwah) memang tempat untuk mengenang mereka yang tiada. Di Perkumpulan Rasa Dharma (Boen Hian Tong) Semarang, altar itu juga sarana mengingat perjuangan panjang. Terutama demi toleransi dan kesetaraan.
 
PAPAN arwah itu memang sangat berbeda. Warnanya putih. Tidak seperti yang lain. Yang warnanya serupa kayu telanjang. Cokelat.

Tetapi, ini sien ci berwarna putih. Tulisannya emas. Nama yang terpahat di situ adalah Ita Martadinata. Di sebelahnya ada aksara hanzi. Berbahasa mandarin. Bunyinya: Yinni ren quan huo dong jia. Artinya, aktivis hak asasi manusia dari Indonesia.

Nama Ita Martadinata memang mengemuka pada 1998. Dia adalah perempuan muda. Umurnya masih 17 tahun pada tahun itu. Saat tubuhnya ditemukan tak bernyawa dengan kondisi mengenaskan, Oktober 1998. Penuh luka tikam. Dengan kayu menancap pada organ vitalnya. Tragis.

Banyak yang yakin bahwa pembunuhan Ita bukan peristiwa kriminal biasa. Ini terkait dengan sosok dan aktivitas Ita di masa itu. Gadis tersebut adalah saksi sekaligus korban kerusuhan Mei 1998. Momen ketika amuk massa pecah di beberapa kota di Indonesia. Pun di Jakarta, 13-14 Mei 1998. Toko-toko milik warga Tionghoa dijarah. Juga ada kesaksian bahwa terjadi pemerkosaan dan pembunuhan terhadap perempuan Tionghoa. Termasuk Ita.
 

Sebagai korban, Ita tak mau diam. Dia mengadvokasi korban lain agar mau bersuara. Ita pun sudah siap berangkat ke Amerika untuk bersaksi di depan PBB. Tetapi, dia harus meregang nyawa.

Dua puluh tiga tahun setelah peristiwa itu, nama Ita diabadikan dalam papan arwah yang dipajang di Boen Hian Tong. Tepatnya pada 13 Mei 2021. Adalah Harjanto Halim, ketua Boen Hian Tong, yang memprakarsai itu.

’’Memang tidak bisa dilupakan,’’ ucap Harjanto. Maka, CEO PT Marimas Putra Kencana itu pun selalu merawat ingatan kolektif tentang kejadian pada 1998 itu. Peristiwa yang menimbulkan trauma besar bagi sebagian warga Tionghoa di Indonesia.

Ia tidak hanya mengenang Ita—dan tragedi 1998—melalui sien ci. Saban tahun, Boen Hian Tong menggelar acara khas. Yakni, makan rujak pare sambal kecombrang.

Sesuai namanya, bahan rujak itu adalah pare yang pahit itu. Buahnya diiris tipis, lalu dimakan bersana sambal rujak yang diuleg bersama bunga kecombrang. Bayangkan rasanya. Pedas. Pahit.
 

PAPAN ARWAH Gus Dur berdampingan dengan sien ci putih untuk Ita Martadinata.-Boy Slamet-Harian Disway-

Rujak itu adalah simbolisasi kepahitan yang dirasakan oleh warga Tionghoa. Terutama kaum perempuannya yang menjadi korban. Dengan makan rujak bersama, Harjanto ingin menguatkan perlambang bahwa kepahitan tersebut juga bisa dirasakan oleh orang lain. Sebagai bentuk kepedulian. Juga penyamaan cara pandang bahwa peristiwa masa lalu itu memang sebuah tragedi yang sejatinya harus dituntaskan.

’’Harapannya, semoga kepahitan tragedi itu bisa lenyap. Tidak ada lagi peristiwa serupa. Yang harus ditekankan, tragedi itu tidak akan dilupakan,’’ ucap bapak tiga anak tersebut.

Harjanto memang merawat Boen Hian Tong dalam semangat keberagaman tersebut. Perkumpulan itu sering menggelar dialog. Yang mereka branding sebagai ’’diskusi tipis-tipis.’’ Walaupun, temanya enggak tipis-tipis amat. Justru berbobot. Misalnya, soal semangat filantropi, kerukunan, kiprah anak muda, hingga kesehatan.
 

RUANG BESAR Boen Hian Tong kerap dipakai untuk beberapa kegiatan sosial dan diskusi.-Boy Slamet-Harian Disway-

Harjanto memang getol menggelorakan semangat toleransi itu. ’’Kegelisahan saya adalah mencari anak muda yang mau merawat budaya Tionghoa. Terutama mengenai keberagaman,’’ katanya.

Ia tidak ingin generasi muda pasif tanpa terlibat pada perkara-perkara besar. ’’Yang diwaspadai itu bukan banyak orang jahat. Tetapi banyak orang baik yang tidak melakukan apa-apa,’’ ucap Harjanto. (*)
 
*) Tim Harian Disway: Doan Widhiandono, Retna Christa, Yulian Ibra, Tira Mada.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: