Kecerdasan Buatan yang Semakin Marak di Kehidupan (3) : ITS Kolaborasikan Teknologi AI dengan Robot

Kecerdasan Buatan yang Semakin Marak di Kehidupan (3) : ITS Kolaborasikan Teknologi AI dengan Robot

RAISA NEXT GENERATION yang baru diluncurkan di Kementerian Kominfo baru diluncurkan Jumat, 23 Juni 2023.-Boy Slamet-Harian Disway-

Rupanya, sejumlah perguruan tinggi sudah mulai beradaptasi dengan perkembangan teknologi Artificial Intelligence (AI). Di Surabaya ada Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang bahkan sudah membentuk pusat studi khusus.

 

PARA mahasiswa sudah libur. Kecuali tim robot ITS yang masih bekerja di Laboratorium Robot Cerdas, Gedung Pusat Robotika ITS pada Rabu, 21 Juni 2023. Belasan mahasiswa itu asyik mengutak-atik berbagai perangkat robot.

 

"Mereka ini persiapan lomba robot nasional di Semarang," ujar dosen Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas (FTEIC) Rudi Dikairano yang mendampingi Harian Disway. Laboratorium itu cukup unik. Seperti lapangan futsal indoor yang beralas rumput sintetis dan gawang di dua sisi.

 

BACA JUGA : Kecerdasan Buatan yang Semakin Marak di Kehidupan (2) : AI ”Menyelusup” ke Kampus

BACA JUGA : Kecerdasan Buatan yang Semakin Marak di Kehidupan (1) : Apa-Apa AI

BACA JUGA : ChatGPT Masuk ke Dunia Pendidikan, Teknik Pengajaran dan Evaluasi Harus Berubah

 

Yang tak kalah unik juga program perancangan robotnya. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kini, diberi sentuhan teknologi AI.

 

Gestur robot setinggi 60 sentimeter itu pun mirip manusia. Mulai ancang-ancang kakinya menendang bola. Bahkan hingga gerak kepalanya yang memantau posisi lawan.

 

Salah satu robot andalan mereka dinamai Siber. Akronim dari Satria Sepuluh Nopember. Mata Siber menggunakan kamera yang terpasang di bagian depan kepalanya.

 

"Jalannya sudah gak pakai remote lagi. Istilahnya, autonomous," terang Rudi. Robot bisa mengerti ke mana tujuan bola ditendang. Bila di depan ada robot lawan, maka bola ditendang ke sisi yang kosong.

 

Ya, tim robot ITS memang sudah punya nama di level nasional hingga internasional. Sudah tiga kali berturut-turut jadi juara umum kompetisi robot nasional tiap tahun. Kehadiran AI, tentu saja, akan dimanfaatkan dengan baik.

 

ITS sendiri juga mulai menyusupkan AI di tiap departemen. Yang terbaru, mendirikan dua pusat studi khusus sejak akhir 2020. Yakni Pusat Studi Kecerdasan Artifisial dan Teknologi Kesehatan dan Pusat Unggulan IPTEKS - AI for Healthcare and Society (PUI-AIHes).

 


GEDUNG PUSAT ROBOTIKA milik ITS yang menjadi pusat pengembangan teknologi robot.-Boy Slamet-Harian Disway-

 

Di dua pusat studi itulah berkumpul para peneliti muda di bidang AI. Dilengkapi dengan roadmap riset yang mengarah ke perkembangan teknologi AI. Karya mereka pun terus berkembang. 

 

Ada robot Raisa yang dibuat di masa pandemi. Sudah beroperasi di 44 rumah sakit seluruh Indonesia. Tugasnya masih sederhana. Mengantar obat dan makanan ke brankar pasien.

 

Tetapi, kata Rudi, Raisa generasi I masih otomatis. Belum autonomous. Artinya, operasional Raisa harus di-remote. "Nah, ini mulai kita siapkan Raisa Next Generation," tandas Kepala PUI-AIHes itu.

 

Raisa Next-G sudah diberi sentuhan AI. Robotnya makin cerdas. Bisa jalan seperti manusia. Juga menjawab pertanyaan yang dilontarkan. 

 

Fungsinya tidak lagi di kamar pasien. Justru ditempatkan di lobi. Membantu resepsionis melayani para tamu. Dan baru diluncurkan di Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Kominfo, Jumat, 23 Juni 2023.

 

"Jadi, kalau kita ngomong AI, banyak sekali yang bisa dikembangkan," ungkap Rudi. Tahun ini dua pusat studi AI di ITS itu akan merealisasikan berbagai jenis robot yang dikolaborasikan dengan AI. Bahkan difungsikan di berbagai sektor.

 


Kendaraan pintar produk ITS, I-Car, yang bisa dikendalikan dari jarak jauh.-Boy Slamet-Harian Disway-

 

Di bidang kedokteran hewan, misalnya, akan dibuat robot pendeteksi kesuburan sperma sapi. Tidak perlu lagi melihatnya dengan mikroskop. Tetapi, cukup dengan memotretnya.

 

Yang lain di bidang kebencanaan. Saat ini tengah merancang drone pendeteksi lokasi korban. Cukup dengan menerbangkan drone, keberadaan korban gempa yang tertimbun reruntuhan bangunan bisa diketahui dengan cepat.

 

Di bidang olahraga pun demikian. Ada ide untuk merancang wearable device. Bentuknya berupa semacam gelang. Bisa dipakai oleh semua atlet. Gunanya untuk melacak stamina atlet sepanjang permainan.

 

"Seluruh proses pembuatannya jelas akan melibatkan mahasiswa," ujar Rudi. Bagaimanapun, imbuhnya, perkembangan teknologi harus terus diikuti. Apalagi bagi para mahasiswa ITS yang notabene kampus teknologi ternama. Sebab, dari tangan merekalah AI bisa membumi dan punya nilai manfaat.

 

Hal yang sama juga disampaikan oleh Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga Prof Henri Subiakto. Bahwa seluruh civitas akademik perguruan tinggi harus segera beradaptasi dengan perkembangan teknologi AI. Baik secara individu maupun keseluruhan sistem pendidikan.

 

"Karena yang terjadi pada anak didik kita sekarang ini adalah sesuatu yang sama sekali baru," ujar mantan Staf Ahli Kementerian Kominfo itu. Sehingga tidak bisa hanya dengan mengandalkan belajar dari masa lalu. Tetapi, justru harus lebih banyak belajar dari masa depan. (Mohamad Nur Khotib)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: