Rocky Gerung ”Hujjatul Islam”

Rocky Gerung ”Hujjatul Islam”

Laporan terhadap Pengamat Politik Rocky Gerung kembali ada lagi.-Ilustrasi: Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

ROCKY GERUNG diburu banyak orang karena pernyataannya yang menyebut Jokowi sebagai bajingan tolol dan pengecut. Bagi banyak orang –terutama relawan Jokowi– ungkapan itu tidak sekadar offside, tapi sudah melewati garis batas permainan.

Gerakan memburu Rocky bermunculan di mana-mana. Rocky menjadi sasaran kemarahan dan menjadi target ”witch hunt”, perburuan tukang tenung. Sebuah video yang beredar menunjukkan sekelompok orang menyembelih seekor kambing bertulisan ”Rocky Gerung”. Seseorang menghunus pedang, menggorok leher kambing, kemudian menadahi darahnya dengan gelas, lalu meminumnya sambil meneriakkan ancaman terhadap Rocky Gerung.

BACA JUGA:Kasus Rocky Gerung: Jokowi Dihina dan Dipuji

BACA JUGA:Rocky Gerung Punya Dua Pernyataan Panas

Pemburu lainnya, Benny Ramdhani, melaporkan Rocky ke polisi dan mengatakan akan menggerakkan banyak orang untuk memburu Rocky pada 10 Agustus 2023. Tanggal itu dipilih mungkin karena berbarengan dengan rencana para buruh melakukan demonstrasi menolak UU Ciptaker Omnibus Law. PDIP sebagai partai pengusung Jokowi juga sudah melapor ke polisi. 

Di tengah gencarnya perburuan tukang tenung itu, muncul beberapa pembelaan. Fahri Hamzah menyebut risiko jabatan bagi seorang presiden adalah mendengar kritik dan serangan masyarakat, bahkan jadi sasaran makian. Karena itu, ia tak setuju undang-undang digunakan untuk menjerat orang yang mengkritik. Bagi ia, kritik semestinya dibiarkan dan didengarkan.

BACA JUGA:Rocky Gerung Ditolak Sepihak, BEM Unair Kebingungan

BACA JUGA:Kasus Rocky Gerung Dibanding-bandingke

Pembelaan juga datang dari Fahri yang lain, yaitu Fachry Ali. Kalau Fahri Hamzah serius, Fachry Ali juga serius, tapi dengan memakai analogi yang menggelitik. Ia menyebut Rocky Gerung sebagai ”Hujjatul Islam”.

Dalam sejarah peradaban Islam yang sudah berumur 15 abad, satu-satunya tokoh yang memperoleh label itu ialah Imam Al-Ghazali (1058–1111), filsuf dan teolog terkemuka Islam. 

Pada masa hidup Al-Ghazali, pemikiran ilmu kalam yang berbasis pada filsafat Yunani kuno mulai marak. Tokoh-tokoh utamanya, antara lain, Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd. Pemikiran mereka didasarkan pada teori helenisme filsafat Yunani yang berdasarkan pada rasionalisme dan kebebasan akal. 

BACA JUGA:Tesla Ngantor di Malaysia, Rocky Gerung Bahas Isu Kestabilan Politik Indonesia

Pandangan para filsuf itu menjadi kontroversial karena dianggap bertentangan dengan Islam. Salah satu pandangan kontroversial adalah Allah tidak mengetahi secara detail apa yang terjadi di dunia. Allah menciptakan sistem sunatullah yang kemudian berjalan sendiri sesuai dengan hukum alam.

Al-Ghazali menyerang pendapat yang menyatakan bahwa alam itu qadim (tidak mempunyai permulaan dan tidak berakhir), kebangkitan yang terjadi di akhirat bersifat rohani bukan jasmani, dan Allah tidak mengetahui yang juz’iyah (detail yang ada di alam ini). Dengan tiga pernyataan kaum filsuf tersebut, mereka dianggap oleh Imam Al-Ghazali telah keluar dari ajaran Islam atau kafir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: