8 Tantangan Strategis yang Dihadapi Indonesia 5 Tahun ke Depan versi Prabowo-Gibran
Prabowo-Gibran saat deklarasi sebagai pasangan Capres-Cawapres.-tangkapan layar-
BACA JUGA: Nyekar ke Makam Gus Dur, Netizen Ingatkan Ramalan Prabowo Jadi Presiden
Hal itu sepertinya tidak berdampak kepada negara lain. Padahal, dalam kenyataannya, itu merupakan beban yang mengganggu kelancaran rantai pasok global.
Dengan konflik yang berlangsung secara terus menerus, akan mempengaruhi harga pangan dan energi di pasar bebas internasional.
"Kenaikan harga-harga secara signifikan bahkan sudah terasa saat ini. Harga pangan strategis seperti beras naik tajam," Rosan memberi contoh.
BACA JUGA: Rasa Bangga Prabowo-Gibran Mendapatkan Nomor Urut 2
BACA JUGA: Ambil Nomor Urut: Prabowo Berpantun untuk Cak Imin, Sapa Megawati Sebagai Presiden RI
Poin ketiga mengungkapkan adanya potensi konflik bersenjata di Laut Natuna Utara. Hal itu, kata Rosan, juga dapat terjadi sewaktu-waktu. Konflik itu diakibatkan oleh rivalitas antara dua negara adikuasa; Tiongkok dan Amerika Serikat yang memperebutkan Taiwan.
Jika konflik bersenjata meletus di Laut Natuna Utara, maka hal itu tentu menjadi ancaman bagi rantai perdagangan global yang melalui jalur tersebut.
8 TANTANGAN strategis yang dihadapi Indonesia 5 tahun ke depan versi Prabowo-Gibran. Foto: kapal TNI AL berpatroli di Laut Natuna Utara.-Kapuspen TNI-
Pelemahan ekonomi global dan adanya potensi resesi negara maju menjadi poin selanjutnya yang dibahas. Potensi resesi akan menyebabkan laju permintaan ekspor produk Indonesia akan turun dan memberikan kerugian yang signifikan.
BACA JUGA: Resmi! Prabowo-Gibran Dapat Nomor Urut Dua
Selain itu, dengan adanya potensi-potensi tersebut, dapat meningkatkan suku bunga sehingga memberikan tekanan tersendiri bagi rupiah.
Disrupsi kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) menjadi tantangan berikutnya. Adanya AI membuat perubahan yang signifikan di berbagai bidang industri dan pekerjaan. Lambat laun, posisi manusia sebagai tenaga kerja digantikan oleh produk dari kecerdasan buatan ini.
Sehingga, dibutuhkan cara yang tepat untuk meningkatkan skill tenaga kerja agar dapat bersaing dengan kecerdasan buatan tersebut.
"Karena cepatnya kemajuan kecerdasan buatan dapat mengubah kebutuhan tenaga kerja di hampir semua industri. Ini memaksa peningkatan kemampuan tenaga kerja secara cepat," ungkap Rosan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: