Lawatan FISIP Universitas Airlangga ke Melbourne (3-Habis): Membangun Kultur Akademik di Perguruan Tinggi
VIOLETA Schubert (tiga dari kiri) bersama delegasi dari FISIP Universitas Airlangga.-Dok Pribadi-
Diskusi itu dilakukan rutin, setiap mahasiswa memberikan presentasi satu per satu yang kemudian dikomentari mahasiswa dan dosen yang hadir.
Biasanya ada mahasiswa yang mempresentasikan topik disertasinya. Ada pula yang khusus membicarakan metode penelitian yang akan dilakukan. Sementara itu, ada pula mahasiswa yang mempresentasikan tentang buku yang dibaca –yang menjadi referensi teori disertasinya.
BACA JUGA: Hasil Sharing Experience Pimpinan Universitas Airlangga: Meletakkan Fondasi, Membangun Prestasi
Intinya, diskusi selalu berlangsung produktif dan satu sama lain saling membantu berkontribusi memberikan ide-ide segarnya untuk kepentingan kemajuan disertasi masing-masing.
Violeta menceritakan bahwa di kampusnya, diskusi seperti itu selalu ada dan dilakukan di berbagai fakultas. Mahasiswa yang hadir bersifat lintas program studi. Ada mahasiswa yang dari program studi sosiologi, administrasi publik, antropologi, politik, dan lain-lain.
Semuanya hadir dan memberikan presentasi secara bergiliran. Tidak ada sekat-sekat yang membatasi antarmahasiswa meski mereka berbeda program studi. Justru, menurut Violeta, diskusi yang lintas program studi tersebut dibutuhkan untuk membuka wawasan yang lebih komprehensif.
BACA JUGA: Peringatan Dies Natalis Ke-69 Universitas Airlangga: Lewat Game Building, Bangun Solidaritas
Yang menarik, dalam diskusi yang berlangsung, menurut Violeta, selalu ada sejumlah dosen yang hadir. Kelebihan dari kegiatan diskusi yang berlangsung di University of Melbourne adalah kesediaan sejumlah dosen untuk hadir dan berkontribusi memberikan catatan-catatan yang produktif.
Kultur akademik benar-benar menjadi sesuatu yang terinternalisasi dan menjadi kebiasaan yang sudah mentradisi. Diskusi itu bertujuan untuk saling mendukung di antara sesama mahasiswa dan dosen yang hadir juga memberikan feedback kepada mahasiswa. Di forum itu tidak dikenal kata ”membantai”, tetapi membantu agar mahasiswa tidak merasa sendiri dalam menjalani proses studinya.
Hubungan antara dosen dan mahasiswa tidak asimetris. Relasi dosen dan mahasiswa umumnya sangat egaliter. Mereka lebih tampak sebagai teman daripada hubungan yang asimetris, di mana dosen memosisikan diri sebagai sosok yang berjarak. Sama sekali tidak ada rasa segan ketika para mahasiswa memberikan catatan dan gagasannya.
BACA JUGA: Rapat Pleno Senat Universitas Airlangga (1): Menyikapi Permendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023
Tidak ada yang namanya persaingan tidak sehat di antara sesama mahasiswa. Mereka kompak. Mengembangkan solidaritas sosial yang kental satu dengan yang lain. Diskusi selalu berlangsung intens, menarik, seru, dan produktif. Sering kali diskusi juga membahas publikasi yang menjadi syarat bagi kelulusan mahasiswa.
Publikasi di jurnal bereputasi bukan persoalan yang mudah, dan mahasiswa sering merasa tidak percaya diri. Oleh karena itu, forum tersebut juga menjadi ajang diskusi agar karya mereka bisa terpublikasi.
BACA JUGA: Rapat Pleno Senat Universitas Airlangga (2): Menyikapi Permendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023
Direplikasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: