Lawatan FISIP Universitas Airlangga ke Melbourne (3-Habis): Membangun Kultur Akademik di Perguruan Tinggi
VIOLETA Schubert (tiga dari kiri) bersama delegasi dari FISIP Universitas Airlangga.-Dok Pribadi-
Apakah kultur akademik yang berkembang dan dikembangkan di University of Melbourne bisa direplikasi di kampus-kampus di Indonesia? Kalau berbicara idealnya, tentu pola serupa –di mana diskusi di kalangan mahasiswa selalu berlangsung intens dan hubungan dengan dosen selalu egaliter– bukan tidak mungkin dikembangkan di tanah air.
Cuma, yang menjadi masalah: apakah kultur akademik yang dikembangkan di kampus-kampus di Indonesia dapat berjalan seperti yang diharapkan?
Pertanyaan itulah yang sempat didiskusikan delegasi dari FISIP Universitas Airlangga dengan Violeta. Di Indonesia, secara garis besar ada tiga kendala yang dihadapi ketika kita ingin membangun kultur akademik di kalangan mahasiswa.
Pertama, di kalangan mahasiswa umumnya masih banyak yang bersikap pragmatis dan lebih banyak berpikir kapan bisa lulus secepatnya dan semudah mungkin daripada bersungguh-sungguh mau belajar dan menikmati kegiatan belajar dengan jujur.
Kedua, hubungan antara dosen dan mahasiswa sering kali masih asimetris dan kurang menghargai suara mahasiswa. Dosen masih menjadi sosok sentral yang serba menentukan sehingga bukannya berlangsung diskusi yang setara, dalam kenyataan sering kali yang terjadi adalah pengarahan dan bahkan kritik satu arah.
Ketiga, solidaritas di kalangan sesama mahasiswa umumnya belum berkembang dengan baik. Tidak sedikit mahasiswa yang mengembangkan relasi yang kontraktual dan bersikap soliter. Tidak banyak mahasiswa yang bersedia membantu teman-teman mereka supaya mendapatkan masukan yang baik. Sebagian besar mahasiswa lebih banyak memikirkan diri sendiri dan berusaha lulus secepatnya tanpa mau berbagi ilmu dengan teman-temannya.
BACA JUGA: Kepahlawanan Universitas Airlangga
BACA JUGA: Transformasi Universitas Airlangga Menuju Entrepreneurial University
Membangun kultur akademik harus diakui memang bukan hal yang mudah. Sepanjang masyarakat masih memandang gelar hanya sebagai simbol kesuksesan, sepanjang itu pula warga masyarakat yang menempuh kuliah –termasuk di jenjang S-3– hanya akan berpikir pragmatis.
Tanpa idealisme dan komitmen untuk belajar sebaik-baiknya, jangan harap di lingkungan kampus akan tumbuh kultur akademik yang membanggakan. FISIP Universitas Airlangga berupaya untuk menumbuhkan kultur akademik yang kondusif.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan menyerap best practice yang ada di negara-negara yang ilmu pengetahuannya telah berkembang terlebih dahulu agar FISIP mampu menjadi centre of excellence. (*)
Baiq Wardhani, ketua P4I FISIP Universitas Airlangga-Dok Pribadi-
Bagong Suyanto, dekan FISIP Universitas Airlangga
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: