Menuju Indonesia Emas 2045: Kepemimpinan Nasional-Strategis dan Tantangan Bonus Demografi

Menuju Indonesia Emas 2045: Kepemimpinan Nasional-Strategis dan Tantangan Bonus Demografi

ILUSTRASI Menuju Indonesia Emas 2045: Kepemimpinan Nasional-Strategis dan Tantangan Bonus Demografi.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Gejalanya mulai dirasakan dalam kurun satu dekade belakangan ini dengan menguatnya rivalitas hegemoni Tiongkok versus AS di wilayah yang pertumbuhan ekonomi dan perdagangannya amat pesat. 

Di samping itu, tak menampik fakta bahwa seiring dengan meningkatnya eksplorasi penemuan sumber-sumber daya alam di zona Laut China Selatan telah memantik eskalasi konflik-konflik perbatasan regional sekitarnya. 

Secara geopolitik, Indonesia dikelilingi kawasan rawan konflik. Zona Asia Tenggara, ketegangan masalah batas zona ekonomi eksklusif antara Vietnam, Filipina, dan Indonesia versus Tiongkok yang secara unilateral mengklaim sebagai batas zona wilayahnya masih belum menemukan titik kesepahaman. 

Di Asia Timur Jauh, eskalasi ketegangan antara Korea Utara versus Korea Selatan belum melandai ditambah konflik Tiongkok-Taiwan juga berpotensi meningkatkan eskalasi ketegangan yang dikhawatirkan berujung konflik senjata. 

Magnitude kawasan Asia Tenggara, secara ekonomis dan strategis, menjadikan sebagai kawasan yang kian diperebutkan negara-negara besar dalam menanamkan pengaruhnya. Kapitalisasi nilai perdagangan kawasan kini makin meningkat dan lebih besar daripada kawasan Eropa. 

Kawasan Asia Tenggara memiliki modal besar untuk pertumbuhan ekonomi, dengan pertumbuhan ekonomi yang berada di atas rata-rata dunia. Selain itu, pangsa pasar yang besar, mencapai sekitar 687 juta jiwa, atau memiliki nilai pasar sebanyak 2,3 triliun dolar AS dan produk domestik bruto (PDB) sebesar 3,2 triliun dolar AS!

Keberhasilan RI sebagai presidensi penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 yang lalu menjadi landasan untuk menyatukan visi dan mendorong berbagai inisiatif lain guna meningkatkan perdagangan intra-Asia dan dunia. 

Dengan demikian, itu menjadi motor pertumbuhan ekonomi dan perdagangan sehingga mampu mengimbangi menguatnya penetrasi perdagangan dan politik one belt one road (OBOR) Tiongok di kawasan yang seksi tersebut. 

Itu sekaligus menegaskan reposisi kepemimpinan strategis RI kian diperhitungkan di panggung politik global. Kalau memang demikian, akankah RI bisa kemabali menjelma sebagai ”macan Asia” seperti di era-era terdahulu? (*)


Sukarijanto, direktur di Institute of Global Research for Entrepreneurship & Leadership dan kandidat doktor di program S-3 PSDM Universitas Airlangga-Dok Pribadi-

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: