Toleransi Antaragama di Bulan Ramadan (2): Tren War Takjil Bikin Pedagang Semringah

Toleransi Antaragama di Bulan Ramadan (2): Tren War Takjil Bikin Pedagang Semringah

Suasana antre para warga yang menunggu giliran untuk mendapatkan takjil gratis di depan PT Rank Media, Puri Surya Jaya, Sidoarjo pada Selasa, 19 Maret 2024 .-M Azizi Yofiansyah-

FENOMENA War Takjil lintasagama sedang ramai di dunia maya. Tren itu menambah kehangatan bulan Ramadan 2024. War alias perang takjil adalah istilah yang mengarah pada  persaingan berburu takjil antara umat Islam dan umat nonislam (nonis). Mereka yang tidak berpuasa juga ikut seru-seruan berburu takjil.

Tak jarang, mereka sudah siap berburu sejak pukul 3 sore (15.00 WIB). Kaum muslim yang biasa membeli takjil pada pukul 5 sore (17.00 WIB) pun tidak kebagian. Alih-alih menjadi panas layaknya politik, warganet justru membalasnya dengan guyonan. 

Fenomena yang sungguh indah hingga mampu mengaburkan sekat-sekat perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) yang selama ini tabu dan sensitif di Indonesia.

Terlepas dari itu, tren War Takjil juga membawa keberkahan bagi para pedagang takjil. Mereka semringah lantaran dagangannya laris manis sejalan dengan ramainya tren tersebut.

BACA JUGA:Ramadan Seru! Fenomena War Takjil Viral, Dibalas Borong Telur Paskah

BACA JUGA:Khasanah Ramadan (3): Menebar Takjil Jalanan 

Salah satunya adalah Galih Juan Kristanta, pedagang bazar takjil di Jalan Karang Menjangan, Surabaya. Ia mengaku sudah menjual es Pisang Ijo khas Makasar sekitar 4 tahun.

"Lebih ramai pastinya. Otomatis pendapatan juga lebih meningkat dari hari biasa. Dapat pelanggan-pelanggan baru," ucapnya ketika ditanya soal dampak War Takjil yang sedang viral. 

Selain es Pisang Ijo, Galih juga menjual aneka minuman lain. Seperti es mutiara, kacang sumsum, dan sirup. Satu porsi es Ia bandrol dengan harga Rp 15 ribu.

Menurut Galih, tren War Takjil sangat merepresentasikan semboyan Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Ia tidak mempermasalahkan dengan kaum nonislam yang dinarasikan ikut memburu takjil di bulan Ramadan. "Justru itu membantu pedagang seperti saya. Jadi cepat habis, laris manis. Saya mendekati maghrib sudah pasti habis," imbuh pria beragama Kristen asal Makasar itu.

Sementara itu, penjual es ciduk Alif Yusuf juga sependapat. Menurutnya, membeli makanan itu tidak ada syarat agama. "Jadi orang luar (nonislam) bisa ngerasain vibes Ramadan. Momen kita sebagai muslim. Pas orang imlek kita juga  imlekan. Kita ikut ambience-nya aja," ucap mahasiswa muslim Universitas Airlangga tersebut.

BACA JUGA:1200 Takjil Ditebar Jelang Ultah ke-6 La Lisa Hotel Surabaya

BACA JUGA:PLN UIP JBTB Berbagi Ribuan Takjil

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: