Yatim Politik

Yatim Politik

ILUSTRASI yatim politik. Anies Baswedan adalah contoh yatim politik di Pilpres 2024. Sebab, ia tidak berpartai.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

BACA JUGA: Obligasi Politik

Kemudian, pada 2016 Anies dilamar sejumlah partai untuk maju dalam pilkada gubernur DKI Jakarta. Anies menerima lamaran itu, tetapi tidak menjadi anggota salah satu parpol. Hal tersebut berlangsung sampai selesai lima tahun pemerintahannya di DKI.

Begitu selesai menjadi gubernur, Anies kembali menjadi yatim politik, sampai kemudian muncul Surya Paloh yang mengadopsinya. Surya Paloh mendandani Anies dan menjadi godfather yang menjaganya dari berbagai serangan.

Pada akhirnya kendaraan politik yang dipinjamkan Surya Paloh kepada Anies ditarik kembali. Ibarat ojek politik, trip sudah selesai dan argo sudah harus dibayar. Kendaraan pun harus ditarik kembali sebelum kerusakan makin parah. Anies turun dari kendaraan dan kembali menjalani kehidupan sebagai yatim politik.

BACA JUGA: Utang Politik

BACA JUGA: Halal Bihalal Politik

Almarhum Syafii Maarif pada 2009 pernah memakai istilah yatim politik untuk menggambarkan posisi politik Muhammadiyah dalam percaturan politik nasional. Menurut Buya Syafii, Muhammadiyah sebagai organisasi Islam besar berada pada posisi sebagai yatim politik karena ada jarak dengan kekuasaan.

Secara kronologi, Buya Syafii menggambarkan kiprah politik Muhammadiyah yang sebelumnya aktif di bidang pendidikan dan kesehatan kemudian terjun langsung ke politik praktis ketika Amien Rais menjadi salah seorang tokoh dalam gerakan reformasi 1998.

Posisi Amien Rais sebagai ketua umum PP Muhammadiyah menempatkan organisasi itu sebagai musuh utama Orde Baru di bawah Soeharto. Amien Rais menjadi penentang utama Soeharto sejak pertengahan 1990-an dengan melemparkan isu suksesi. 

BACA JUGA: Big Data Menggoyang Politikus

BACA JUGA: Politik Langitan NU

Amien Rais kemudian terjun langsung menjadi pemimpin demonstrasi menentang Soeharto yang berakhir dengan jatuhnya Soeharto pada Mei 1998.

Posisi Amien Rais sebagai ketua PP Muhammadiyah kemudian digantikan Syafii Maarif dengan pola kepemimpinan yang berbeda. Bukannya membawa Muhammadiyah ke dalam politik praktis, Syafii memilih menempuh jalan high politics alias politik level tinggi yang berusaha memengaruhi kebijakan tanpa harus terjun langsung ke politik praktis.

Amien Rais kemudian mendirikan PAN (Partai Amanat Nasional) bersama para aktivis reformasi seperti Goenawan Mohamad, Faisal Basri, dan Albert Hasibuan. Pada akhirnya PAN adalah partai Muhammadiyah dan Amien Rais memanfaatkan jaringan Muhammadiyah sebagai tulang punggung politik PAN.

Posisi Amien Rais yang senantiasa kritis terhadap rezim secara tidak langsung menempatkan Muhammadiyah sebagai oposisi yang kemudian menjadikannya sebagai political orphan. Dalam posisi itu, Muhammadiyah kemudian lebih banyak bergerak ke kanan dan terkesan eksklusif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: