Eksistensi Tarian Kagura dari Kota Matsumae di Hokkaido yang Jadi Perjuangan Kesinambungan Budaya

Eksistensi Tarian Kagura dari Kota Matsumae di Hokkaido yang Jadi Perjuangan Kesinambungan Budaya

Tarian kagura dari Matsumae di Hokkaido jadi warisan budaya lokal Jepang yang diangkat dari tarian sakral agama Shinto. --

Pada SD-SMP di Kota Matsumae, terdapat mata pelajaran lokalitas Matsumae yang berfokus pada tarian kagura. Sesi pembelajaran terdiri atas pengenalan terhadap sejarah dan peralatan tarian kagura.

BACA JUGA: Mooi Indie dalam Pameran Lukisan Djitoe Memberi Kebaruan Perspektif

Para murid mengamati langsung peralatan tarian dan diminta untuk membagikan informasi mengenai tarian. Tujuannya adalah menarik anggota baru dan menumbuhkan kesadaran terhadap eksistensi budaya lokal. 

Jika generasi muda sadar terhadap eksistensi budaya lokal, akan timbul rasa kepedulian dan bangga terhadap budayanya. Menurut hasil wawancara dengan seorang pegawai Lembaga Pendidikan dan Kebudayaan Kota Matsumae, rasa bangga terhadap budaya lokal merupakan fondasi utama dalam mempertahankan kebudayaan.
Tarian kagura dari Kota Matsumae di Hokkaido merupakan budaya warisan dari Jepang yang ditampilkan pada saat festival budaya yang diadakan rutin setiap tahun. --

Tidak berhenti pada pembelajaran lokalitas, Lembaga Pendidikan dan Kebudayaan Kota Matsumae turut memberikan subsidi transportasi bagi para ahli kagura. Subsidi tersebut bertujuan menunjang mobilitas para ahli kagura ketika hendak menampilkan tarian kagura. 

BACA JUGA: Pameran Pesona Jawa Timur oleh Anak Sanggar Merak Ati Surabaya Buktikan bahwa Setiap Anak adalah Seniman

Upaya subsidi transportasi dan pembelajaran lokalitas budaya berdampak positif karena mampu menarik beberapa pelajar SD-SMP untuk menjadi anggota komunitas pelestarian kagura serta menguatkan keinginan para ahli kagura untuk senantiasa kembali ke Kota Matsumae. 

Para ahli kagura rela kembali ke Kota Matsumae agar dapat menampilkan tarian kagura di festival atau pertunjukan publik. Beberapa pelajar yang bergabung telah menjadi anggota inti pelestarian kagura dan kerelaan para ahli kagura untuk kembali merupakan simbol sinergisasi pemerintah dengan masyarakat. 

Meski tidak sepenuhnya berhasil, kesadaran dan upaya revitalisasi oleh Pemerintah Kota Matsumae sangat tinggi demi menjaga keberlanjutan budaya lokal.

BACA JUGA: Ski Lot, Olahraga Tradisional Warga Tambaklekok yang Berawal dari Tradisi Nelayan Pasuruan saat Mencari Kerang 

KESINAMBUNGAN BUDAYA

Sense of awareness and belonging atau rasa kepedulian dan kepemilikan masyarakat Jepang terhadap budaya lokal patut ditiru masyarakat Indonesia. Sebab, pada dasarnya, budaya adalah landasan utama dalam pengembangan karakter bangsa. 

Indonesia sebenarnya kaya akan budaya, tetapi sangat memprihatinkan melihat kondisi generasi muda yang kurang peduli terhadap eksistensi budaya lokal. Meski sebagian besar masyarakat sudah tidak terlalu memedulikan budaya lokal, masih terdapat masyarakat lokal yang hidup berdasar tradisi.

Salah satu contoh yang inspiratif adalah eksistensi suku Tengger di Jawa Timur yang dikenal sebagai masyarakat yang sangat menjunjung tinggi tradisi.

Berdasar pengalaman mengikuti PKL (praktik kerja lapangan) pada Desember 2023, salah seorang perwakilan masyarakat Tengger mengatakan bahwa adat diumpamakan sebagai urat nadi mereka sehingga melestarikan adat selaras dengan membawa kedamaian bagi tatanan kehidupan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: