Menyusuri Jejak Revolusi Kota Lama Surabaya (2): Cara Asyik Belajar Sejarah Sejak Dini

Menyusuri Jejak Revolusi Kota Lama Surabaya (2): Cara Asyik Belajar Sejarah Sejak Dini

Anak-anak mengantre beli es krim saat sesi istirahat dalam program walk tour Kota Lama Surabaya pada Sabtu, 13 Juli 2024.-Sahirol Layeli/Harian Disway-

BACA JUGA:Museum Surabaya Siola Dibuka Kembali pada Akhir Juli 2024

BACA JUGA:JCC dan Festival Peneleh Kembali Digelar, Siap Bawa Kampung Peneleh Mendunia

Bagaimanapun, anak-anak adalah masa depan bangsa Indonesia. Sangat penting mengajak dan mengenalkan sejarah kepada mereka. "Kami meyakini dengan mengenali kota, mereka juga akan mencintai negeri. Itu tujuan kami," terang Ady. 

Ady pun menerapkan berbagai macam metode belajar menyenangkan. Tentu, agar materi sejarah yang disampaikan bisa dipahami dengan mudah. 

“Anak-anak kecil ini lebih mudah menerima ketika melihat gambar, makanya saya membawa buku lukisan dari pelaku-pelaku sejarah,” ucap penulis buku Kronik Pertempuran Surabaya.

Psikolog Anak Chandrania Fastari juga memberikan tanggapan senada. Betapa pentingnya belajar sejarah sejak dini. Terutama untuk membantu mereka peka dalam menghargai setiap proses kehidupan.

BACA JUGA:Pukau Warga dengan Kisah Perjuangan Pelajar, Teatrikal Palagan Gunungsari Tutup JCC dan Festival Peneleh 2024

BACA JUGA:Narasi dari Balik Kampung Kota Peneleh, Surabaya

"Garis besar pembelajaran sejarah itu supaya bisa belajar dari masa lalu dan tidak melakukan kesalahan yang sama,” jelas ujar dosen psikologi anak Universitas Muhammadiyah Gresik itu saat dihubungi, Minggu, 15 Juli 2024.

Dari belajar sejarah, anak-anak juga bisa meneladani sikap-sikap positif dari para pejuang. Misalnya, dari kegigihan Arek-arek Suroboyo mempertahankan kemerdekaan. Nia pun menyoroti metode edukasi sejarah yang kerap dianggap memusingkan kepala, kaku dan bikin orang ngantuk.

"Harusnya disampaikan dengan metode yang fun, tetapi konkret. Secara emosi, mereka merasa happy,” jelasnyi. Misalnya, seperti yang dilakukan Komunitas Roodebrug Soerabaia dengan mengajak berkunjung ke Kota Lama Surabaya. Tentu didukung dengan gambar dan bercerita dengan kata-kata sederhana,

Menurut Nia, pengenalan sejarah kepada anak memang harus disesuaikan dengan tahap perkembangan. Seperti dalam teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif anak. Bahwa anak usia 5 tahun memasuki tahap pra-operasional. 


Keasyikan anak-anak saat mengikuti program walk tour Kota Lama Surabaya bersama founder Komunitas Roodebrug Soerabaia Ady Setyawan pada Sabtu sore, 13 Juli 2024.-Sahirol Layeli/Harian Disway-

BACA JUGA:Geliat Surabaya Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-17 (5) : Kampung Peneleh, Pusat Perbelanjaan Semangat

BACA JUGA:Rute Baru! Green Force Run 2024 Ajak Runner Jelajahi Kota Lama Surabaya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: