Aktivisme Baru dan Demokrasi Kampus
Ghulam Pasha Pambayung adalah Pemimpin Umum LPM Retorika FISIP Unair 2023. --
Dekan FISIP UNAIR Prof Bagong Suyanto mengakhiri opininya yang dimuat Media Indonesia pada Selasa, 29 Oktober 2024 dengan kalimat “Bagaimana pendapat Anda?”
Sebagai mahasiswa FISIP yang patuh, saya membuat tulisan ini untuk menjawab pertanyaan tersebut. Di tulisannya yang berjudul Gerakan dan Idealisme Mahasiswa, Prof Bagong memberikan pendapatnya mengenai sejarah, pergeseran, dan kritiknya terhadap aktivisme mahasiswa.
Menurutnya, mahasiswa memang selalu menjadi ujung tombak dalam membela kepentingan masyarakat. Ia juga melihat terdapat pergeseran pola aktivisme yang dilakukan mahasiswa.
Dari pengamatannya, dIa melihat bahwa semakin banyak mahasiswa yang mengambil jarak dari kegiatan politik dan aktivisme. Di paruh akhir tulisannya, Prof Bagong menegaskan kembali bahwa tidak ada yang keliru dalam pilihan menjadi aktivis.
BACA JUGA: BEM FISIP Unair Dibekukan, Ini Respons Tegas Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi
Akan tetapi, aktivisme harus dilakukan dengan cara yang sopan. Opini Prof Bagong itu merespons kontroversi pembekuan BEM FISIP UNAIR. Pembekuan itu diputuskan oleh dekanat FISIP UNAIR pasca-organisasi tersebut membuat karangan bunga berisi ucapan satire kepada presiden dan wakil presiden pada 22 Oktober.
Dua hari setelahnya, Presbem FISIP dipanggil komisi etik fakultas. Esoknya, muncul surat keputusan bertanggal 25 Oktober tentang pembekuan kepengurusan BEM FISIP dari dekanat. Keputusan ini mendapat banyak protes.
Kalangan mahasiswa, civitas akademika, hingga wakil ketua DPRD dan menteri Dikti Saintek angkat bicara menyuarakan keberatan mereka. Lantas, pada Senin 28 Oktober, dekanat mencabut surat keputusan tersebut setelah melakukan audiensi dengan BEM. Hal yang seharusnya dilakukan sejak awal oleh dekanat.
Menyoal Pergeseran
Kendati tidak bisa dimungkiri bahwa terdapat golongan mahasiswa yang mengambil jarak dari kehidupan aktivisme dan perpolitikan, pendapat Prof Bagong tidak bisa dikatakan seratus persen benar.
Sebelum mencapai kesimpulan bahwa makin banyak mahasiswa yang apolitis, perlu dilihat dua hal. Pertama, apa yang menyebabkan pergeseran pola aktivitas mahasiswa ini, sehingga mahasiswa kurang terlibat dalam kelembagaan atau organisasi massa dalam aktivisme?
Kedua, apakah mahasiswa apolitis ini benar-benar apolitis, atau dekan kurang jeli dalam membaca ekosistem kehidupan mahasiswa? Salah satu sebab mengapa terdapat pergeseran ini adalah iklim kampus neoliberal yang oleh Prof Heru Nugroho (2002) sebut sebagai "McDonaldisasi Pendidikan Tinggi".
BACA JUGA: Makin Solid! BEM FISIP UWKS Bela BEM FISIP Unair Soal Karangan Bunga untuk Prabowo-Gibran
Dalam model ini, kampus tak ubahnya percetakan tenaga kerja siap pakai industri. UKT yang harus dibayarkan mahasiswa juga kian meroket. Hal ini membuat mahasiswa berorientasi kerja setelah lulus – agar tidak “rugi” membayar mahal kuliah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: