Banjir dan Alih Fungsi Lahan

Banjir dan Alih Fungsi Lahan

ILUSTRASI banjir dan alih fungsi lahan.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Banjir adalah bencana alam tertua yang terekam dalam sejarah umat manusia. Dalam kitab suci agama Islam, Nasrani, dan Yahudi dikisahkan terjadinya Banjir besar yang menimpa umat Nabi Nuh sebagai hukuman atas penolakannya pada ajaran yang disampaikannya sebagai utusan Tuhan.”

(Lewis, 1984; Stadelmann, 2000)

PADA 20 Januari 2014, sebuah lokakarya penanganan banjir di kota-kota di Asia yang sedang mengalami transisi perkotaan dengan cepat diselenggarakan di Singapura oleh jurnal Pacific Affairs dan Asia Research Institute, National University of Singapore. 

Dalam pengantar lokakarya disebutkan bahwa transisi perkotaan yang cepat di Asia telah mengakibatkan lebih dari 1,5 miliar orang pada awal abad ke-21 berada di perkotaan dan menyumbang lebih dari setengah dari penduduk perkotaan dunia.  

Masyarakat perkotaan Asia ditandai oleh orientasi pesisir yang kuat sehingga makin rentan dilanda bencana lingkungan seperti banjir, badai, dan tsunami.

BACA JUGA:Banjir, Kode Pungli di Rutan KPK

 BACA JUGA:Pesan Ekologis untuk Capres-Cawapres Terpilih: Fenomena Banjir Jakarta dan Kegagapan Ekologis

Di antara bencana lingkungan itu, banjir perkotaan berdampak langsung pada kehidupan dan mata pencaharian penduduk di Asia. 

Pada Juli 2005, misalnya, banjir di Mumbai, India, menewaskan lebih dari 450 orang dan sekitar 150.000 orang terperangkap di kantor, jalan, bandar udara, dan stasiun kereta api (Date, 2005). 

Pada Oktober 2011, banjir yang melanda Bangkok, Thailand, menewaskan lebih dari 200 orang (Oertenwall, 2014). 

Pada 2013, Jakarta juga dilanda banjir dengan luas wilayah tergenang mencapai 400 km2, 20 meninggal, 33.500 orang mengungsi, dan kerugian ditaksir mencapai Rp 20 triliun (Susilawati, 2014). 

BACA JUGA:Pj Gubernur Jatim Sambangi Korban Banjir di Kabupaten Pasuruan

BACA JUGA:Banjir di Kedungdoro, Pemkot Surabaya Temukan Kulit Kabel Utilitas Curian Sumbat Saluran Air

*  *  *

Dalam beberapa hari terakhir ini, hujan di Surabaya sudah mulai turun dengan intensitas rendah dan sedang. Di beberapa tempat bahkan sudah ada yang banjir. 

Saya sependapat dengan Ary Pulung –prakirawan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas I Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur– bahwa banjir di Surabaya disebabkan beberapa hal seperti curah hujan tinggi, perubahan tata guna lahan, sistem drainase yang kurang optimal, dan lokasinya di dataran rendah. 

Itu membuat Kota Pahlawan rentan terhadap bencana tersebut. Selain itu, lokasinya yang di dataran rendah dekat laut meningkatkan risiko banjir rob, terutama saat pasang tinggi (Disway, 16 November 2024).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: