Dedolarisasi, Strategi LCS Melawan Hegemoni America First ala Trump
ILUSTRASI Dedolarisasi, Strategi LCS Melawan Hegemoni America First ala Trump-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
BACA JUGA:Dua Wanita Gagal Taklukkan Donald Trump
Defisitnya bahkan meningkat 3,0 miliar dolar AS menjadi 22,8 miliar dolar AS pada Desember 2022. Ekspor ke Tiongkok terpantau menurun 1,0 miliar dolar AS menjadi 12,6 miliar dolar AS.
Sebaliknya, impor dari Tiongkok meningkat 2,0 miliar dolar AS menjadi 35,4 miliar dolar AS.
Dilihat secara tahunan pun demikian. Aktivitas ekspor-impor dengan Tiongkok selama 2022 menyebabkan neraca perdagangan AS defisit hingga 382,9 miliar dolar AS, meningkat 29,4 miliar dolar AS atau 8,3 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Ekspor AS ke Tiongkok pada 2022 memang naik 2,4 miliar dolar AS menjadi 153,8 miliar dolar AS, namun impor meningkat lebih tinggi, yakni senilai 31,8 miliar dolar menjadi 536,8 miliar dolar AS.
Secara keseluruhan, total defisit neraca perdagangan AS terhadap Tiongkok mencapai 948,1 miliar dolar AS, meningkat 103 miliar dolar AS atau 12,2 persen (yoy). Defisit yang nyaris menyentuh 1 triliun dolar AS itu menjadi rekor baru bagi AS.
Data di atas membuktikan bahwa AS masih jauh dari mampu untuk lepas dari produk dan jasa ”Made in China”.
Washington kewalahan mengubah perilaku konsumsi dan membujuk korporasi multinasional atau swasta agar memutus hubungan dengan Beijing, bahkan ketika telah menerapkan berbagai pembatasan dan meningkatkan tarif sejak era Donald Trump.
Kebijakan pembatasan dan tarif menyeret dua kutub kekuatan ekonomi terbesar di dunia itu ke arena perang dagang terbuka sejak 2018.
Menurut Ashley J. Tellis dalam uraiannya yang berjudul The Return of U.S-China Strategic Competition yang terdapat dalam buku Strategic Asia 2020: US-China Competition for Global Influence (2020), sebelum era Trump, AS cenderung bermain aman.
Trump-lah yang membuka tirai perselisihan dagang dengan Tiongkok. Akibatknya, pola hubungan dari mitra strategis berubah menjadi pesaing strategis.
Kini, dengan tampilnya kembali Donald Trump ke tampuk kekuasaan, diyakini banyak pihak akan mengubah peta hubungan dagang dengan Tiongkok maupun negara-negara satelitnya.
Bahkan, jauh sebelum kemenangannya direbut, Trump telah melontarkan ancamannya jika ia menang pada kontestasi pilpres AS, ia akan meninjau kembali transaksi perdagangan AS dengan Tiongkok.
Di periode pertama kepemimpinan Trump, AS sangat berfokus pada asas proteksionis dan hubungan bilateral yang agresif dengan karakteristik yang bertumpu pada peningkatan tarif impor tinggi kepada lawan dagang untuk memperkuat industri manufaktur dalam negeri.
BRICS DAN DEHEGEMONISASI BARAT
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: