Nestapa Penghuni Gedung Setan Surabaya (2): Pemilik Bangunan Terus Dicari, Pemkot Tak Bisa Intervensi

Penghuni Gedung Setan Surabaya.-Muhammad Tho-emae/Harian Disway-
Sehingga, wajar apabila atap gedung yang kini berusia lebih dari 200 tahun itu ambrol.
BACA JUGA:Kolaborasi Internasional dan Untag: Membuka Lembaran Baru Makam Peneleh Surabaya
"Mengingat bangunan sudah tua. Lihat saja kayunya, sudah lapuk," kata pria berusia 63 tahun itu.
Ya, bangunan bersejarah itu dibangun pada 1809. Bekas Kantor Gubernur Veerenigde Oostindische Compagnie (VOC).
Gedung Setan termasuk dalam kategori bangunan cagar budaya.
Namun, Pemkot Surabaya tidak dapat merevitalisasi karena gedung itu pernah menjadi milik pribadi.
BACA JUGA:Berharap pada Desk Pemberantasan Narkoba (1): Banyak Boneka Sindikat selain Mary Jane
Dahulu, kata Bimbi, pengurus Gedung Setan pernah mengajukan perbaikan ke Pemkot Surabaya.
Tapi, sama sekali tak pernah ada tanggapan. "Pernah ke dewan juga (DPRD Kota Surabaya), tapi cuma janji-janji saja," kata dia.
Kini, Bimbi bersama puluhan penghuni lainnya cemas karena tak memiliki tempat tinggal.
Sementara itu, Balai RT dan Balai RW yang jadi tempat pengungsian hanya bisa ditempati sementara.
Bagi Bimbi dan penghuni lainnya, Gedung Setan sudah seperti rumah sendiri. Terletak di jantung kota, membuat para penghuni kerasan tinggal di sana.
Anak cucu mereka juga banyak bersekolah di kawasan tersebut.
Ia tidak bisa membayangkan jika harus terusir dari tempat yang memiliki banyak kenangan itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: