Berkah Transformasi PTPN Group

Berkah Transformasi PTPN Group

ILUSTRASI Berkah Transformasi PTPN Group.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

YANG seperti ini pasti terjadi dalam setiap perubahan. Ada yang merasa diuntungkan dan ada yang merasa ditinggal. Namun, sejatinya perubahan merupakan keniscayaan jika tidak ingin ditelan oleh perubahan. Hanya, selalu ada yang tak merasa nyaman dengan perubahan karena mengusik zona nyaman

Itu pula yang terjadi dalam ekosistem industri gula nasional. Salah satu perusahaan negara yang menjadi tulang punggung penyediaan gula nasional harus mengalami itu pula. Setelah melakukan transformasi korporasi secara besar-besaran.

Perusahaan pelat merah yang melakukan itu adalah PTPN Group. Sejak tiga tahun lalu, BUMN sektor perkebunan itu melakukan restrukturisasi dan konsolidasi berkesinambungan. 

BACA JUGA:SPBUN Sebut Transformasi PTPN Tidak Meninggalkan Pekerja

BACA JUGA:Tangis Ghani, Dirut PTPN III Holding (Persero)

Hasilnya? Perusahaan negara yang tadinya ada 14 entitas itu kini tinggal 4 dengan 1 holding atau induknya.

Pengelompokan usaha berdasar komoditas tunggal. Empat belas PTPN itu kini tinggal satu holding dengan tiga subholding

Setiap subholding bergerak di industri gula, kelapa sawit, dan sisanya menjadi supporting co. Tahun 2024 adalah tahun tuntasnya proses retrukturisasi dan konsolidasi.

Kebetulan saya mengikuti proses itu dari dalam. Bahkan, telah saya dokumentasikan proses perubahan PTPN Group itu secara akademik untuk disertasi doktor. 

BACA JUGA:Korupsi PTPN XI Tunggu Tersangka

BACA JUGA: Direktur PTPN XI Diperiksa KPK

Juga, menghasilkan buku yang berjudul Perubahan Paradigma dan Eksosistem BUMN Gula: Strategi Baru Menuju Swasembada.

Saya memang hanya mengambil satu irisan dari transformasi besar di PTPN Group itu. Untuk komoditas yang melibatkan banyak rakyat dan sangat dibutuhkan rakyat banyak. Tidak memotret secara keseluruhan. 

Saya melihat proses itu dengan kacamata sosiologi institusionalis Karl Polanyi. Sosiolog yang mengoreksi kapitalisme di Eropa karena dianggap merusak masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: