THR untuk Anak-Anak: Tradisi yang Perlu Dijalankan dengan Bijak

HARIAN DISWAY - Hari Raya Idul Fitri selalu menjadi momen yang dinantikan, terutama bagi anak-anak yang berharap mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR) dari orang dewasa.

Tradisi ini sudah melekat dalam budaya masyarakat Indonesia, di mana para orang tua, paman, bibi, hingga kakek-nenek memberikan uang kepada anak-anak sebagai simbol berbagi kebahagiaan.

Namun, seiring berjalannya waktu, muncul fenomena di mana anak-anak justru diajarkan untuk meminta THR secara langsung, bahkan terkadang dengan sedikit paksaan.

BACA JUGA: Mengapresiasi Anak yang Berpuasa Ramadan, Membentuk Generasi Tangguh

Lalu, apakah hal ini masih sesuai dengan nilai-nilai yang seharusnya ditanamkan kepada anak-anak? Bagaimana cara terbaik menjalankan tradisi ini tanpa menghilangkan esensi berbagi yang tulus?

Pemberian THR kepada anak-anak sebenarnya memiliki makna yang lebih dalam dari sekadar memberikan uang saku tambahan.

Lebaran adalah momen untuk berbagi kebahagiaan setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa. Dalam Islam, berbagi kepada sesama adalah salah satu bentuk kebaikan yang dianjurkan, terutama kepada anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan.

BACA JUGA: THR Datang, Sebentar Lagi Hilang: Kok Bisa? Ini Tip Biar Nggak Bokek Setelah Lebaran!

Selain itu, tradisi ini juga dapat menjadi sarana mengajarkan anak tentang kebiasaan menabung dan menghargai pemberian orang lain.

Namun, jika pemberian ini berubah menjadi kewajiban atau tekanan sosial bagi orang yang lebih tua, maka nilai kesukarelaannya bisa memudar.

Agar anak tidak langsung menghabiskan THR yang mereka terima, ajarkan kebiasaan menabung. --Freepik

Meskipun terdengar sepele, membiasakan anak meminta THR secara langsung dapat berdampak pada perkembangan karakter dan nilai-nilai yang mereka pegang. Beberapa dampak negatif yang mungkin muncul antara lain:

BACA JUGA: 6 Amalan Zikir Bulan Ramadan

1. Membentuk Pola Pikir Konsumtif

Sumber: