Catur Pusat Pendidikan ala Mendikdasmen

ILUSTRASI Catur Pusat Pendidikan ala Mendikdasmen.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Untuk menjadikan sekolah sebagai rumah kedua, penting diimplementasikan konsep pendidikan ramah anak (child friendly education). Tetapi, harus disadari, implementasi konsep pendidikan ramah anak membutuhkan komitmen guru.
Guru harus tampil sebagai pendidik yang mendampingi anak-anak dengan sepenuh hati. Bahkan, guru juga dituntut untuk berperan sebagai orang tua sekaligus sahabat bagi anak-anak. Bukan sekadar mengajar berbagai ilmu pengetahuan, guru dan ekosistem pendidikan juga penting menjadi teladan kehidupan (living example) bagi anak-anak.
Catur pusat pendidikan yang ketiga adalah masyarakat. Pengertian masyarakat dapat dipahami berbagai kelompok (stakeholders) yang peduli dengan pengembangan pendidikan.
Mereka berasal dari pegiat pendidikan, komite sekolah, ikatan wali murid, dunia usaha dan dunia industri (DUDI), komunitas seni dan budaya, organisasi profesi pendidikan, pondok pesantren, organisasi kemasyarakatan (ormas), dan tokoh-tokoh informal yang ada di tengah-tengah masyarakat.
Berbagai komunitas itu penting untuk membantu dalam pengembangan lembaga pendidikan.
Catur pusat yang keempat adalah media. Perkembangan berbagai jenis media dengan semua dampak positif dan negatifnya tidak mungkin lagi dihindari. Anak-anak juga tidak mungkin diminta untuk kembali menjalani kehidupan seperti era tradisional. Lalu, mereka diminta untuk tidak menggunakan medsos sama sekali.
Yang dapat dilakukan adalah mendampingi anak-anak dalam menggunakan medsos. Penting ditanamkan kesadaran pada anak-anak untuk menggunakan medsos secara positif, kritis, rasional, dan bertanggung jawab.
CATUR PUSAT
Anak-anak juga perlu diberi pengetahuan tentang era post truth. Era post truth merujuk pada kondisi yang banyak diwarnai peredaran berita-berita bohong (hoaks). Bahkan, menurut Haryatmoko (2021), berita-berita bohong itu layaknya anak kandung era post truth.
Pada era post truth, ukuran kebenaran tidak didasarkan pada data atau fakta. Ukuran kebenaran lebih banyak bersandar pada opini.
Hukum yang tak terelakkan pada era post truth itu mengatakan bahwa kebohongan yang diberitakan secara terus-menerus akan dipersepsi sebagai sebuah kebenaran. Dalam kondisi tersebut, yang dipentingkan adalah kemampuan untuk memilah dan memilih mana berita yang bohong dan mana berita yang benar.
Jika keterampilan itu dimiliki, medsos justru dapat dijadikan media mendidik dan mengasuh anak-anak agar menjadi generasi emas yang berkarakter.
Dengan mempertimbangkan begitu pentingnya posisi media, pemikiran mendikdasmen terasa sangat relevan. Karena itulah, sinergi catur pusat pendidikan menjadi sebuah keniscayaan.
Melalui sinergi catur pusat pendidikan, proses tumbuh kembang anak akan terkawal dengan baik (child wellbeing). Program apa pun akan sukses jika pimpinan sekolah mampu mengolaborasikan empat pilar penting dalam catur pusat pendidikan.
Sekolah tidak boleh bekerja sendirian dalam mendidik dan mengasuh anak. Justru yang harus dilakukan adalah melibatkan keluarga atau orang tua, berbagai kelompok yang ada di tengah-tengah masyarakat, dan media. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: