Apakah Ramadan Benar-Benar Meninggalkan Kita?

Ramadan pergi, tapi nilai dan cahayanya seharusnya tetap tinggal dalam diri kita.-baramyou0708-
HARIAN DISWAY - Bagi kaum muslim di seantero jagat raya, Ramadan adalah bulan yang begitu istimewa dalam penanggalan Islam. Ia bukan hanya sekadar penanda waktu tibanya kewajiban berpuasa, tapi sebuah ruang dan waktu yang membawa banyak keistimewaan: rahmat, ampunan, dan penyucian jiwa.
Tak heran bila Ramadan kerap disebut Syahrur Rahmah (bulan rahmat), Syahrul Maghfirah (bulan ampunan), dan Syahrut Tazkiyah (bulan penyucian diri). Menjelang selesainya ibadah puasa Ramadan sebulan penuh, selalu muncul pernyataan kesedihan, kecemasan, dan kegamangan akan jadwal kepergian bulan Ramadan.
Qodarullah, sebagaimana hukum orbit tata surya semesta alam, insyaallah Ramadan pasti pergi dan akan kembali lagi menjumpai kaum muslim di tahun berikutnya.
Namun, jika memaknainya dari perspektif capaian kadar keimanan ibadah berpuasa Ramadan, apakah Ramadan yang benar-benar meninggalkan kita? Atau malah sebaliknya kita yang benar-benar meninggalkan Ramadan?
BACA JUGA: Ramadan: Bebas dari Keserakahan
BACA JUGA: Ramadan dan Antropologi Rasa
Ramadan: Madrasah Menuju Pribadi Takwa
Ramadan adalah madrasah yang membentuk pribadi bertakwa dan lebih dekat dengan Allah.-Bilal Furkan Koşar-Pexels
Sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 183, tujuan utama puasa di bulan Ramadan adalah agar kita menjadi pribadi yang bertakwa.
"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa".
Allah Swt memilih kita menjadi sebagian di antara milyaran manusia untuk suka ria menyambut dan memanfaatkan Ramadan sebagai bulan pendidikan. Sebuah privilese dari Sang Khalik, agar kita punya peluang menjadi hamba yang lebih dekat dan lebih bertaqwa kepada-Nya.
BACA JUGA: Momentum Puasa Ramadan: Jalin Hubungan Baik dengan Alam Semesta
Ramadan adalah madrasah kubro, tempat kita berkhidmat untuk belajar mengendalikan diri, menata niat, dan memperbaiki hubungan dengan Allah Swt.
Di bulan Ramadan, ibadah terasa lebih ringan dan serasa dimudahkan. Kita menjadi lebih mudah bangun di tengah malam, melaksanakan qiyamul lail, memperbanyak tadarus, beri’tikaf, dan menahan diri dari nafsu amarah.
Semua itu tentu ada alasan dan penjelasan. Allah Swt memang menghadirkan Ramadan sebagai ruang untuk memperbaiki relasi rohani kita dengan-Nya. Pun, relasi sosial antar sesama manusia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: