Mengenal 5 Thunderbolts di Komik Marvel, Kisah Penebusan dan Kontradiksi Moral

Ini dia 5 anggota Thunderbolts yang punya peran besar. --Marvel
HARIAN DISWAY - Dalam dunia Marvel Comics, Thunderbolts bukan sekadar tim alternatif dari Avengers. Mereka adalah kelompok unik yang dibentuk dari mantan penjahat, antihero, dan tokoh abu-abu yang mencoba menebus masa lalu—atau malah menyusun strategi tersembunyi untuk menguasai dunia.
Tak heran jika banyak karakter dalam tim ini menjadi tokoh penting dalam beberapa alur cerita paling mengejutkan dan kelam dalam sejarah Marvel.
Konsep Thunderbolts pertama kali diperkenalkan pada tahun 1997 dalam The Incredible Hulk #449. Namun, baru dalam seri komiknya sendiri—Thunderbolts #1—para pembaca dikejutkan oleh twist ikonik: tim pahlawan baru ini ternyata adalah anggota Masters of Evil yang menyamar.
Sejak saat itu, Thunderbolts menjadi ladang eksperimen naratif bagi Marvel: tentang rehabilitasi, pengkhianatan, kepemimpinan, dan identitas moral.
Sepanjang sejarahnya, susunan anggota Thunderbolts kerap berubah, tergantung siapa yang memimpinnya—baik itu Baron Zemo, Norman Osborn, hingga Luke Cage.
BACA JUGA:Marvel Rilis Trailer Pertama Thunderbolts*, Apa Saja yang Bikin Penasaran?
BACA JUGA:5 Fakta tentang Daredevil: Born Again, Matt Murdock Dapat Pacar Baru
Tapi di antara puluhan nama yang pernah tergabung, lima karakter berikut memiliki pengaruh besar terhadap dinamika tim dan perkembangan narasi utama Thunderbolts. Entah karena kelicikan, kekuatan, atau konflik batin mereka sendiri.
5 Anggota Thunderbolts di Marvel
1. Baron Zemo: Dalang di Balik Topeng Kepahlawanan
Baron Zemo, otak di balik Thunderbolts yang menyulut api penebusan palsu. --Nerdist
Di awal kemunculan Thunderbolts, Helmut Zemo alias Baron Zemo bukan hanya pendiri tim—dia adalah otak dari rencana yang mengguncang dunia superhero Marvel.
Zemo membentuk tim Thunderbolts setelah Avengers dan Fantastic Four dinyatakan mati (akibat peristiwa Onslaught), dengan tujuan memanfaatkan kekosongan kekuatan dunia sebagai momen balas dendam dan dominasi global.
Sebagai Citizen V—nama samaran yang ia gunakan untuk menyamar sebagai pahlawan—Zemo memimpin Thunderbolts bersama anggota lain yang juga penjahat kelas atas, seperti Beetle (Mach-1), Screaming Mimi (Songbird), dan Goliath (Atlas).
BACA JUGA:Sinopsis Daredevil: Born Again Lengkap dengan Profil Pemain, Charlie Cox Comeback!
BACA JUGA:3 Hal Absurd di Film Deadpool & Wolverine, Henry Cavill Rela Cukur Kumis ala Adam Suseno
Namun yang membuat kisah ini menarik adalah: Zemo benar-benar menikmati perannya sebagai pahlawan. Dalam berbagai narasi, ia menunjukkan keraguan antara tetap menjadi penjahat atau menerima kekaguman publik yang mulai tumbuh kepadanya dan timnya.
Zemo bukan sekadar villain standar. Ia punya intelektualitas tinggi, taktik politik, dan penguasaan psikologi kelompok. Bahkan saat akhirnya identitas asli para Thunderbolts terungkap, Zemo tetap berhasil memainkan peran sebagai mastermind, memanipulasi keadaan untuk keuntungannya.
Di berbagai volume Thunderbolts, Zemo terus muncul sebagai sosok bayangan yang menarik benang-benang kekuasaan. Bahkan saat tidak menjadi anggota langsung, kehadirannya selalu menghantui tim.
Pada versi Thunderbolts Presents: Zemo - Born Better, pembaca diajak menyusuri asal-usul leluhurnya, membuktikan bahwa kehausan akan kekuasaan memang mengalir dalam darah keluarga Zemo.
BACA JUGA:Deadpool and Wolverine, Ryan Reynolds: Kidpool Paling Bisa Diajak Berdebat!
BACA JUGA:Deadpool and Wolverine Sudah Tayang di Bioskop, Sukses atau Kembali Kurang Memuaskan?
Di era modern, karakter Zemo juga mengalami evolusi. Ia mulai mempertanyakan arti kekuasaan dan kehormatan, bahkan beberapa kali tampil ambigu dalam keputusannya.
Perjalanan Zemo dalam Thunderbolts adalah potret menarik tentang bagaimana niat jahat bisa menyamar sebagai kebaikan—dan bagaimana peran sebagai pahlawan bisa jadi candu, bahkan bagi penjahat kelas berat.
2. Songbird: Dari Jeritan Kekacauan Menjadi Suara Hati Tim
Songbird, suara yang mengubah wajah tim dari dalam. --writeups
Melissa Gold, alias Songbird, adalah contoh transformasi karakter terbaik dalam sejarah Thunderbolts—bahkan dalam sejarah Marvel secara keseluruhan. Dulunya ia dikenal sebagai Screaming Mimi, anggota minor dari kelompok villain Grapplers. Ia menggunakan suara super-sonik untuk melakukan sabotase dan kejahatan.
Namun ketika bergabung dengan Thunderbolts, dan terutama setelah mulai menggunakan identitas baru sebagai Songbird, Melissa mengalami perubahan radikal, bukan hanya dari segi kekuatan, tapi juga dalam sisi moral dan emosionalnya.
BACA JUGA:7 Film dan Serial yang Wajib Kamu Tahu Sebelum Nonton Deadpool & Wolverine
BACA JUGA:Tayang Hari Ini! Sinopsis Deadpool & Wolverine, Film yang Bakal Ubah Sejarah MCU
Perjalanan Songbird di Thunderbolts dimulai sebagai bagian dari rencana Baron Zemo. Ia setuju menyamar sebagai pahlawan untuk mendapat simpati publik, namun seiring waktu, Melissa mulai merasakan ketulusan dari peran barunya.
Ia menemukan rasa hormat dari masyarakat yang sebelumnya memandangnya sebagai penjahat, dan yang lebih penting—ia mulai menghargai dirinya sendiri.
Songbird menjadi suara nurani dalam tim. Ia sering menjadi penyeimbang antara ambisi Zemo dan idealisme para anggota lain yang mulai percaya pada peran heroik mereka.
Bahkan ketika Thunderbolts terpecah akibat konflik internal dan pengkhianatan, Songbird tetap menjadi simbol keteguhan hati yang mencoba menjaga tim tetap berada di jalur penebusan.
BACA JUGA:Blake Lively Pancing Spekulasi Lady Deadpool dalam Deadpool & Wolverine Gara-Gara Ini
BACA JUGA:Deadpool and Wolverine, Mengapa Tidak Diberi Nama Deadpool 3? Berikut 4 Faktanya
Dalam banyak cerita, Songbird tumbuh dari sekadar "pengisi suara" menjadi calon pemimpin yang karismatik. Di salah satu versi tim Thunderbolts, ia bahkan menjadi pemimpin utama, menggantikan sosok-sosok dominan seperti Zemo dan Osborn.
Peran kepemimpinannya ditandai dengan upaya keras untuk memperbaiki reputasi tim dan mengubah pandangan dunia terhadap para eks-penjahat.
Secara kekuatan, Songbird memiliki kemampuan sonik luar biasa yang bisa dimanipulasi menjadi konstruksi padat, seperti sayap, senjata, atau perisai. Tapi kekuatan sejatinya justru terletak pada konsistensi moral dan empati yang ia miliki.
Dalam tim yang penuh dengan karakter abu-abu dan konflik batin, Songbird adalah jangkar yang membuat Thunderbolts tetap memiliki arah.
BACA JUGA:Kocak Abis! Deadpool dan Wolverine Jadi Penyiar Dadakan di MV Chk Chk Boom Milik Stray Kids
BACA JUGA:Stray Kids Goes to Hollywood! Isi Soundtrack Film Deadpool & Wolverine, Simak Jadwal Rilisnya
Popularitas dan relevansi Songbird begitu besar sehingga ia sempat menjadi kandidat untuk bergabung dalam Avengers.
Meskipun akhirnya tidak terealisasi dalam cerita utama, fakta bahwa pahlawan mantan penjahat seperti dia bahkan bisa dipertimbangkan untuk posisi semacam itu menunjukkan betapa kuatnya perkembangan karakter Melissa Gold.
Songbird adalah bukti hidup bahwa masa lalu kelam tidak menentukan masa depan seseorang. Dan di dunia yang penuh dengan penebusan palsu, dia adalah suara kejujuran yang tetap berdiri di tengah kekacauan.
3. Red Guardian: Patriotisme, Trauma, dan Kebanggaan yang Terlambat
Red Guardian, simbol kekuatan tua dari negeri yang telah melupakannya. --Marvel
Di balik kekuatan fisik dan tameng berbintang merahnya, Red Guardian adalah karakter kompleks yang menyimpan banyak lapisan cerita—terutama dalam hubungannya dengan Thunderbolts.
Nama aslinya Alexei Shostakov, seorang mantan pilot uji coba dan pahlawan Uni Soviet yang dimodifikasi menjadi versi Rusia dari Captain America. Tapi tidak seperti Steve Rogers, Alexei tidak pernah benar-benar dihargai oleh negaranya, dan itu membuatnya terus hidup dalam bayang-bayang kekurangan pengakuan.
Di dalam komik, Red Guardian tidak selalu berafiliasi langsung dengan Thunderbolts sejak awal. Tapi dalam berbagai iterasi modern—terutama di alur cerita Dark Reign dan beberapa versi baru dari Thunderbolts—kehadirannya menjadi penting sebagai elemen yang memperkaya konflik moral dalam tim.
Red Guardian versi Alexei, yang juga dimunculkan dalam MCU lewat film Black Widow (2021), digambarkan sebagai sosok flamboyan, sarkastik, tapi menyimpan luka batin yang dalam karena merasa dibuang oleh negara yang dulu ia bela.
Ketika Red Guardian bergabung dalam Thunderbolts, ia bukan hanya sekadar otot tambahan. Ia membawa perspektif unik sebagai mantan simbol negara yang merasa tidak lagi punya tempat. Perannya di tim seringkali seperti orang tua yang kolot namun memiliki pengalaman tempur yang tak bisa diremehkan.
Ia juga menjadi semacam cermin bagi anggota muda—menunjukkan bahwa patriotisme buta bisa menjadi pedang bermata dua.
Dari sisi kekuatan, Red Guardian adalah hasil eksperimen peningkatan manusia, mirip dengan Captain America. Ia memiliki kekuatan fisik luar biasa, refleks di atas rata-rata, serta pengalaman militer yang luas.
BACA JUGA:Review Thor 4, Marvel Land: Love and Thunder Fun Park
BACA JUGA:Marvel Akhirnya Merilis Timeline Resmi Power Stone di Marvel Cinematic Universe
Namun yang membuatnya menarik bukan hanya tubuh kuatnya, melainkan semangatnya yang keras kepala dan kecintaannya pada sesuatu yang sudah lama meninggalkannya—ideologi dan kejayaan masa lalu.
Dalam beberapa cerita, Red Guardian digambarkan mencoba menebus kesalahan masa lalu—terutama dalam hubungannya dengan Natasha Romanoff dan proyek Red Room.
Ketika bersama Thunderbolts, ia sering menjadi pengingat bahwa para anggota tim bukan hanya berjuang untuk masa depan, tapi juga untuk berdamai dengan masa lalu mereka yang retak.
Kehadiran Red Guardian di Thunderbolts menambah dimensi geopolitik dalam tim yang sebagian besar berisi karakter Amerika. Ia membawa cerita tentang kehormatan yang terlupakan, kebanggaan nasional yang hampa, dan usaha untuk tetap relevan di dunia yang sudah bergerak tanpa dirinya.
Dan yang paling menarik: meski ia terkadang dijadikan bahan olok-olok karena usianya atau kegemaran membanggakan masa lalunya, Red Guardian tetap berdiri sebagai karakter yang paling loyal ketika pertempuran benar-benar pecah. Ia bukan pahlawan poster. Ia adalah pejuang tua yang tak pernah benar-benar berhenti berperang.
4. Winter Soldier: Bayangan Masa Lalu yang Kini Menjadi Pemimpin
Winter Soldier, dari pembunuh bayaran ke pemimpin penuh luka. --freshcomic
Bucky Barnes dulunya adalah sahabat karib Captain America di masa Perang Dunia II. Tapi takdir membawanya ke jalur yang jauh lebih kelam.
Dideklarasikan mati dalam perang, ia justru ditemukan oleh pasukan Soviet dan diubah menjadi Winter Soldier—pembunuh bayaran dengan ingatan yang dikendalikan dan tangan bionik yang mematikan.
Transformasi Bucky menjadi Winter Soldier adalah salah satu cerita penebusan paling kuat dalam sejarah Marvel. Ketika ia akhirnya lepas dari cengkeraman pengendalian pikiran, Bucky menjalani hidup sebagai orang buangan—berusaha memperbaiki semua dosa yang tak sepenuhnya ia pilih.
Ketika Bucky masuk ke dalam tim Thunderbolts, khususnya pada era modern dalam seri Devil’s Reign: Thunderbolts dan Thunderbolts Vol. 4 (2022), ia tampil bukan hanya sebagai anggota, tapi sebagai pemimpin.
Ini adalah momen menarik—karena Thunderbolts yang biasanya dipimpin oleh figur manipulatif seperti Zemo atau Osborn, kini dipandu oleh seseorang yang benar-benar ingin menyelamatkan bukan hanya dunia, tapi juga hati dan moral anggota timnya.
BACA JUGA:Marvel Studios Rilis Trailer ‘Moon Knight’, Ini Detail Karakternya!
BACA JUGA:Presiden Marvel Studio Sebut ‘Spider-Man 4’ Sedang Dikerjakan
Sebagai pemimpin Thunderbolts, Winter Soldier menolak pendekatan brutal atau sinis. Ia percaya bahwa para mantan penjahat bisa berubah, karena ia sendiri telah membuktikannya. Namun, karakter ini tidak pernah kehilangan sisi gelapnya.
Ia masih memiliki naluri pembunuh, trauma masa lalu, dan kesulitan besar untuk mempercayai siapa pun. Dan justru karena itulah, ia menjadi pemimpin yang lebih manusiawi. Ia tahu bahwa perubahan tidak terjadi dalam semalam, dan bahwa setiap orang dalam timnya membawa luka masing-masing.
Dari segi kekuatan, Winter Soldier adalah petarung tangan kosong yang sangat mematikan, mahir dalam strategi tempur, dan memiliki kemampuan menembak tingkat militer.
Lengan logam vibranium-nya memberinya kekuatan luar biasa, tapi yang lebih penting adalah pengalaman puluhan tahun sebagai agen di berbagai medan perang—dari Perang Dingin hingga konflik dunia modern.
Dalam Thunderbolts, Bucky sering bertindak sebagai penengah antara mereka yang ingin berubah dan mereka yang masih dirundung niat jahat. Ia menantang sistem dari dalam, tidak dengan retorika moral, tapi dengan tindakan nyata. Ia memberi ruang bagi rekan-rekannya untuk memperbaiki diri, sambil tetap menjaga disiplin dan arah tim.
Winter Soldier di Thunderbolts bukan hanya simbol penebusan, tapi juga bukti bahwa kadang yang paling rusaklah yang bisa memahami bagaimana cara menyatukan kepingan orang lain yang juga hancur.
Ia bukan pemimpin sempurna. Tapi ia adalah pemimpin yang tahu rasa sakit, dan karena itu, ia tak mudah meninggalkan siapa pun di belakang.
5. Taskmaster: Ahli Taktik yang Tak Pernah Punya Sisi
Taskmaster, antihero yang selalu netral. --fyticlub
Tony Masters, alias Taskmaster, adalah salah satu karakter paling berbahaya—dan paling ambigu—dalam dunia Marvel. Dikenal karena kemampuan photographic reflexes-nya, Taskmaster bisa meniru gaya bertarung siapa saja yang pernah ia lihat: dari Captain America hingga Spider-Man.
Tapi yang membuatnya istimewa bukan hanya kemampuannya meniru, melainkan bagaimana ia memanfaatkannya untuk bertahan di antara garis tipis antara penjahat, tentara bayaran, dan terkadang pahlawan bayaran.
Taskmaster adalah sosok yang nyaris tak punya ideologi. Ia tidak seperti Zemo yang punya agenda, atau Winter Soldier yang punya trauma. Ia bertindak untuk dirinya sendiri. Maka ketika Marvel menempatkannya dalam barisan Thunderbolts, kita tahu—tim ini sedang memasuki zona abu-abu yang lebih dalam lagi.
Dalam beberapa alur Thunderbolts—terutama yang dipimpin oleh Norman Osborn setelah Secret Invasion—Taskmaster bergabung sebagai kekuatan tempur utama sekaligus instruktur.
Dia bukan anggota yang memimpin, tapi dia selalu punya pengaruh. Pasalnya, dengan kecerdasan taktis dan pemahaman penuh atas kelemahan serta gaya bertarung setiap anggota tim, Taskmaster bisa mengendalikan arah konflik dengan satu bisikan.
BACA JUGA:Starfox, Superhero Baru Marvel yang Diperankan Harry Styles
BACA JUGA:Ditanya Tentang Crossover Marvel & DC, Presiden Marvel: Never Say Never
Yang menarik dari Taskmaster adalah: dia tidak peduli pada kebaikan atau kejahatan. Ia melihat Thunderbolts sebagai pekerjaan.
Tapi justru karena sikap netralnya ini, ia sering menjadi cermin bagi anggota lain—mempertanyakan apakah penebusan mereka benar-benar tulus, atau hanya bentuk lain dari kontrak kerja seperti dirinya.
Dalam interaksi dengan anggota seperti Songbird atau Winter Soldier, Taskmaster menjadi tantangan moral. Ia sering mengejek prinsip mereka, namun diam-diam memperhatikan. Dan di saat krisis besar, justru orang seperti Taskmaster-lah yang bisa berpikir dingin dan menyelamatkan keadaan, karena ia tidak punya beban emosional.
Secara visual dan gaya bertarung, Taskmaster adalah favorit penggemar. Dengan kostum berkerudung tengkorak dan tameng khas yang mirip Captain America, ia adalah simbol perampasan identitas dalam wujud ekstrem. Ia tidak memiliki gaya bertarung sendiri, dan itu membuatnya... tidak pernah menjadi dirinya sendiri.
Kehadiran Taskmaster di Thunderbolts adalah pengingat bahwa tidak semua orang ingin menjadi lebih baik. Tapi kadang, justru orang seperti itu yang dibutuhkan dalam tim yang penuh dengan orang yang sedang belajar menjadi baik.
Ia bukan mentor. Ia bukan motivator. Tapi dia tahu cara menang. Dan kadang, di dunia yang kacau seperti yang ditempati Thunderbolts, itu saja sudah cukup.
Itulah kelima karakter anggota Thunderbolts yang paling berpengaruh dalam cerita komik. Dan sebentar lagi filmnya akan rilis nanti pada 2 Mei 2025. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: