ARTJOG 2025, Dentuman Suara Simbol Demokrasi Pasca Reformasi

ARTJOG 2025, Dentuman Suara Simbol Demokrasi Pasca Reformasi

Para pengunjung datang dan mengamati objek seni dalam pameran ARTJOG 2025 yang digelar oleh Jompet Kuswidananto. - Boy Slamet - Harian Disway

Pers dibungkam. Pemerintah Orde Baru mengeluarkan surat yang melarang pers untuk mengkritik kebijakan pemerintah.

Bagi Jompet, Reformasi seharusnya menjadi hari yang cerah untuk demokrasi di Indonesia. Di era Reformasi, pemerintah mengembalikan kebebasan pers.

BACA JUGA:Diskusi Dua Perupa, Hanafi dan Kibo di ARTSUBS, Pertanyakan Seni dalam Dimensi yang Tampak dan Tidak Tampak

Presiden B.J. Habibie mempersilakan seluruh kalangan untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi. Tanpa harus takut dikekang oleh pemerintah. 

Dengan demikian, karya-karya instalasi Jompet memberi pesan bahwa demokrasi adalah salah satu cara agar seluruh rakyat Indonesia bisa mendapatkan hak-haknya.

Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Begitulah seharusnya kerja sistem pemerintahan dalam negara demokrasi. Jadi, negara demokrasi berkewajiban memberikan kebebasan berbicara dan berpartisipasi dalam urusan politik. 

BACA JUGA:Water Temple Paradox dalam ARTSUBS, Representasi Kibo terhadap Paradoks Sebuah Perayaan

Karya Jompet bisa dinikmati oleh publik. Terutama pelajar dan mahasiswa yang ingin mengenal momen-momen dalam sejarah. Juga perkembangan politik tanah air.

Pameran ARTJOG 2025 dibuka sejak 19 April 2025 dan berakhir pada 3 Mei mendatang. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: