Anak Muda Memilih Diam saat Menghadapi Masalah Hubungan, Mengapa?

Anak muda kini cenderung memendam perasaan disaat terjadi permasalahan daripada mengungkapkan dengan bercerita. -Truity-Pinterest
HARIAN DISWAY - Di tengah era komunikasi yang serba terbuka, banyak anak muda justru memilih diam ketika menghadapi masalah dalam hubungan. Meski aktif di media sosial dan tampak mudah berinteraksi, mereka sering kali enggan membagikan persoalan pribadi bahkan kepada teman dekat mereka sekalipun.
Salah satu alasan utama adalah adanya rasa takut dinilai negatif dan rasa takut akan dikhianati. Banyak anak muda merasa ragu untuk menceritakan masalah hubungan karena khawatir dianggap lemah, terlalu sensitif, atau tidak bisa mengendalikan diri.
Padahal, konflik dalam hubungan adalah suatu hal yang wajar dan manusiawi. Di sisi lain, ada pula yang merasa sungkan karena menyadari bahwa teman-teman mereka juga memiliki beban masing-masing.
BACA JUGA:Bebas Pilih Area saat Nongkrong, Curhat di Pojok Cerita juga Boleh
Mereka tidak ingin menambah kekhawatiran orang lain dengan cerita pribadi yang berat atau rumit. Rasa tidak enak ini membuat mereka berpikir bahwa menyimpan sendiri mungkin lebih baik.
Pengalaman masa lalu juga menjadi faktor yang paling utama. Beberapa anak muda pernah mengalami situasi di mana curhatan mereka tidak disambut dengan baik dengan cara dipotong, disepelekan, bahkan dibagikan tanpa izin.
Pengalaman seperti ini menimbulkan luka kecil yang membuat mereka lebih berhati-hati dalam bersikap. Budaya individualisme yang kian kuat juga berpengaruh dalam lingkup pertemanan.
BACA JUGA: 5 Alasan Utama Gen Z Mengandalkan ChatGPT untuk Curhat
Banyak anak muda kini merasa dituntut untuk bisa menyelesaikan masalah secara mandiri dan tidak terlalu bergantung pada orang lain. Meskipun niatnya baik, hal ini perlahan membentuk kebiasaan untuk menutup diri.
Ketakutan akan penolakan, dikhianati serta rasa takut tidak didengar lah yang membuat anak muda enggan untuk membuka diri. -Freepik-Pinterest
Bahkan saat sedang membutuhkan dukungan secara emosional. Media sosial turut memperkuat pola ini yaitu mereka menyadari bahwa di dunia digital, informasi pribadi bisa tersebar dengan mudah dan cepat, bahkan tanpa disengaja.
Kekhawatiran inilah yang membuat mereka lebih memilih diam daripada mengambil risiko cerita pribadi menjadi bahan obrolan yang tidak diinginkan, serta privasi menjadi aspek yang dijaga ketat dalam menjaga kerahasiaan.
BACA JUGA: Komunitas Marah-Marah di X, Ruang Curhat atau Jadi Pemicu Konflik?
Meski tidak bercerita, bukan berarti mereka tidak butuh teman untuk didengarkan. Banyak yang merasa lebih nyaman menenangkan diri terlebih dahulu sebelum berbicara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: