Gonggo Mino, Musik Khas Masyarakat Tengger Desa Ngadiwono, Dimainkan Jelang Yadnya Kasada

Gonggo Mino, Musik Khas Masyarakat Tengger Desa Ngadiwono, Dimainkan Jelang Yadnya Kasada

Musik Gonggo Mino dibawakan kelompok musik Ketipung Tengger Desa Ngadiwono, jelang keberangkatan mereka untuk mengikuti Yadnya Kasada di Gunung Bromo.-Patrick Cahyo Lumintu-

Dalam kelompok yang dinamakan Ketipung Tengger tersebut, slompret dimainkan oleh Sucipto. Ia telah mempelajarinya sejak duduk di bangku SD.

"Untuk memainkan slompret, tekniknya menarik napas dari hidung. Kemudian diembuskan lewat mulut. Begitu terus. Konstan. Tanpa berhenti. Tanpa jeda," ungkap Sucipto. 

BACA JUGA:Pengenalan Toleransi Beragama, Warga Suku Tengger Berdialog dengan Mahasiswa PMM Untag Surabaya

Jadi, bermain slompret cukup sulit. Perlu olah napas atau teknik mengatur napas yang baik. Apalagi Sucipto kerap memainkannya secara penuh dalam waktu lama.

"Pernah dalam sebuah pementasan jaranan, saya meniup slompret ini selama 5 jam. Tak berhenti," ujar pria 55 tahun itu.

Sucipto pun mempraktikkannya. Pertama, ia mengambil dermen. Yakni alat kecil berbentuk trapesium. Alat itu dimasukkan dalam lubang slompret. Dermen itulah yang ditiup. 

BACA JUGA:Tak Ada Sistem Kasta dalam Masyarakat Hindu Tengger


Kelompok Ketipung Tengger Desa Ngadiwono. Mereka memainkan lagu turun-temurun berjudul Gonggo Mino.-Guruh DN-HARIAN DISWAY

Lengkungan pada dermen menciptakan resonansi khas. Menyebarkan suara tiupan ke dalam bidang slompret yang lonjong. Kemudian menghasilkan bunyi yang unik. Nada-nadanya diatur melalui lubang-lubang di beberapa sisi.

Sucipto memainkannya sejenak. Potongan nada Gonggo Mino. Menurutnya, kemampuan memainkan slompret saat ini belum ada penerusnya.

"Kalau gong, ketimpung, kendang, ada penerusnya. Kalau slompret sejauh ini belum ada. Hanya terdapat beberapa pemuda yang tertarik belajar. Semoga ia kelak bisa meneruskan bermain alat musik ini," katanya.

BACA JUGA:Ini Perbedaan Antara Hindu Tengger dan Hindu Bali

Waktu menunjukkan pukul 10 malam. Masyarakat Tengger pun bersiap mengikuti Yadnya Kasada di Bromo. Tahun ini, perayaan itu jatuh pada 10 Juni 2025, atau tanggal 15 panglong 1 dalam penanggalan Tengger.

Musik khas itu mengiring keberangkatan warga meninggalkan desa. Kemudian dimainkan lagi saat menghaturkan doa di salah satu tempat yang diyakini sebagai petilasan Joko Seger dan Roro Anteng. 

Terakhir, musik itu kembali bergema saat masyarakat Hindu Tengger memasuki Pura Luhur Poten. Rumah ibadah yang ada di Lautan Pasir Gunung Bromo. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: